@arkam
Sejak pemerintah mengeluarkan
kebijakan dalam konteks menyelesaikan persoalan rentang kendali pelayanan
pemerintah atau dengan kaca mata ekonomi saya sebutkan kebijakan mendekatkan
uang kepada masyarakat agar makna keadilan ekonomi bagi seluruh rakyat
Indonesia dapat direalisasikan melalui pendekatan menciptakan sekat baru yang
diberinama daerah otonom baru atau lebih tren disebut pemekaran kabupaten.
Pedalaman hadir diwilayah
pedalaman kepala burung lihat peta papua, tepatnya diwilayah A-3 (Ayamaru,
Aitinyo, Aifat) mereka ini merupakan pemilik hak ulayat yang hidup dalam tiga
wilayah administrasi pemerintahan yaitu Distrik Ayamaru, Distrik Aitinyo dan
Distrik Aifat dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Sorong. Mata pencaharian
tiga suku ini rata-rata sebagai petani ladang. Sementara mencari ikan dan
berburu merupakan kegiatan tambahan yang paling banyak dilakukan oleh mereka
yang kampungnya bedekatan dengan danau ayamaru pada masa itu ketika memasuki
masa musim tanam sementara bagi mereka yang pemukimannya jauh dari danau biasanya
membawah hasil kebun untuk ditukarkan dengan ikan. Pada masa itu orang Maibrat
sudah mengenal barter yaitu tukar menukar bahasa daerah tiga suku besar itu di
sebut Bahasa Maibrat.
Sebutan orang Ayamaru pertama kali dilakukan
misionaris pada masa lampauw mereka sebut ayamaru yang diambil dari kata dasar Aya berarti Air dan Maru berarti Telaga atau Danau. Sebutan itu diberikan karena suku tersebut mendiami seputar
danau ayamaru. Dalam perkembangan tata oraganisasi tradisional pada masa
lampauw di bagi dalam tiga wilayah yaitu Ayamaru, Aitinyo dan Aifat yang hidup
masih dalam satu wilayah atau entitas “ra mana sau”. orang Maibrat
memiliki keunggulan komunikasi dalam satu bahasa ibu, yang hanya dibedakan
dialeknya saja yang membuat suku ini terkenal dengan system kekerabatan yang
sanggat kuat dan dipelihara secara turun temurun.
Pada pembahasan
kali ini, saya mencoba mengaplikasikan ilmu manajemen dengan memakai model tiga
suku besar Ayamaru, Aitinyo dan Aifat yang diterjemahkan kedalam tiga fungsi
manajememen yaitu: (1) manajemen Aityaru; (2) manajemen Aityono; dan (3) manajemen
Aityefat.
Manajemen Aityaru
Dalam melihat system tata
kelola pemerintahan saat ini dengan memakai model manajemen aityaru yang coba saya
aplikasikan dari kata dasar ayamaru, walaupun saya tau pasti diantara para
pembaca yang kurang sependapat dengan sebutan manajemen aityaru, menurut saya
hal itu bisa-biasa saja, karena kacamata kita berbedah, atau buku-buku yang kita
baca tahun terbitnya mungkin berbedah-bedah, namun ada satu hal yang membuat saya
suka, kita bertengkar karena inggin berbagai tentang Maibrat.
Dalam tata kelola pemerintahan
pada era manajemen buka buku atau yang lasim disebut transparansi saat ini,
kita sebagai pimpinan atau bawahan dutuntut untuk mengelola keuangan
pemerinatah daerah setransparan mungkin. Persoalan transparansi dibeberapa
wilayah sudah dianggap sesuatu yang menakutkan karena ada ketakutan kena
tangkap yang membuat banyak orang tidak tidak bersedia bekerja ditempat itu.
Masih dalam cerita tantang
arti aityaru yang coba saya masukan sebagai salah satu fungsi manajemen aityaru
disini bisa juga dimaknai sebagai manajemen perencanaan dalam system tata
kelola pemerintahan alit-alit lokal
dalam wilayah pemerintahan, saya kira perlu dimasukan ukuran aityaru sebagai
bahan pertimbangan untuk memilih orang-orang yang tepat dalam penempatan
posisi-posi diwilayah pemerintahan, misalnya elit-elit lokal wilayah distrik
induk ayamaru lebih cocok atau tepat ditempatkan sebagai orang perencanaan
karena karakter mereka sebagai pemikir yang kalau ditempatkan pada
bidang-bidang lain akan menimbulkan persoalan dikemudian hari karena harga yang
harus dibayar kinerja mereka tidak akan pernah meningkat dan menghambat
keberhasilan pimpinan.
Penempatan pada
jabatan-jabatan yang bersentuhan langsung dengan bidang perencanaan sanggat
cocok karena karakter mereka yang yang mungkin terbentuk sejalan dengan
pemaknaan aityaru. Filosofi ini diambil dari system matapencaharian orang
Maibrat yang profesi sehari-harinya sebagai petani lading, dalam membuka lahan
garapan atau kebun yang pertama-tama dilakukan adalah membersihakan semak
belukar dan menebang kayu yang dibiarkan dalam beberapa minggu, setelah itu
dibakar lalu dibersihkan untuk ditanami tanaman yang sudah disiapkan.
Contoh lain, aityaru dalam
model ini mengambarkan perilaku-perilaku individu para elit-elit lokal yang
menyelesaikan masalah selalu memakai pendekatan kontak fisik lebih dominan
dalam menyelesaikan persoalan ketimbang memakai pendekatan kemanusian. Model pendekatan
seperti ini akan selalu membuat bawahan tidak bekerja secara maksimal karena
dihantui ketakutan kena tamparan pimpinan atau kena karantina alias tidak
mendapatkan jabatan.
Manajemen Aityono
Dalam tata kelola pemerintahan
saat ini seorang pimpinan dituntut untuk bisa memastikan bahwa pelayanan publik
sudah berjalan dengan maksimal atau belum.
Seorang pimpinan harus
memastikan bahwa keadilan pelayanan dasar sudah benar-benar dirasakan
masyarakat atau belum. Berangkat dari alasan diatas, saya mencoba model
manajemen aityono yang coba diaplikasikan dari kata dasar aitinyo, yang juga
pasti menimbulkan banyak ketidak puasan karena kita masih terperangkap dalam
kotak lokalitas, karena terlilit ego.
Dalam penulisan ini, saya
mengajak kita secara bersama-sama untuk mencoba memikirkan tentang bagaimana
menempatkan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat dengan memasukan
ukuran manajemen aityono sebagai faktor kunci dalam proses penempatan sebuah jabatan.
Merujuk pada tata kelola pemerintahan di atas,
dengan memakai model manajemen aityono, maka saya berpendapat bahwa yang tepat
menduduki jabatan-jabatan yang membutuhkan kesabaran seperti misalnya pengelolaan
keuangan adalah elit-elit lokal wilayah distrik induk Aitinyo, karena karakter
individu mereka rata-rata lemah lembut serta selalu menyelesaikan persoalan
memakai pendekatan kemanusiaan. Selain itu, mereka juga bekerja sanggat teliti
pada bidang tata kelola keuangan atau penataan administrasi yang baik.
Manajemen Aityefat
Dalam tata kelola pemerintahan
Maibrat saat ini dibutuhkan elit-elit lokal yang berani melakukan
terobosan-terobosan dalam wilayah-wilayah demi kemajuan Maibrat. Dalam menjawab
persoalan tersebut, saya mencoba menawarkan sebuah modal yang diberinama
manajemen aityefat. Model ini saya sengaja memunculkan sebuah model dengan
memakai kata aifat sebagai bagian lain dari fungsi manajemen Aityefat yang lagi-lagi
pasti memunculkan persoalan bahwa sebutan yang dipakai itu tidak benar karena
kami bukan seperti itu, pendapat itu biasa-biasa saja, karena model analisis
saya dan kamu pasti berbeda. Berbeda bisa juga disebabkan buku-buku yang kita
baca tahun terbitnya berbeda ataukah kita masih juga terperangkap dan
terpenjara dalam lilitan lokalitas kampung (kot). Namun saya percaya kita pasti
sama-sama berada dalam satu gerbong “ra mana sau”. Kita sama-sama punya tugas
mengaja dan melestarikan budaya Maibrat.
Manajemen Aityefat dipergunakan
sebagai faktor kunci utama untuk menempatkan orang pada tempat yang tepat dalam
tata pemerintahan Maibrat, saya memberikan sebuah masukan asal wilayah distrik
induk Aifat lebih cocok ditempatkan pada wilayah politik ketimbang pemerintahan
sebab karakter individu mereka rata-rata sebagai petarung yang tidak pernah
mengenal diplomasi yang ketika ditempatkan pada posisi jabatan dipemerintahan
selalu saja menimbulkan persoalan karena karakter mereka yang selalu
menyelesaikan persoalan memakai cara-cara tradisional. Selain itu, elit-elit
lokal tersebut mungkin lebih cocok ditempatkan sebagai pengawas.
Catatan saya, disampaikan
sebagai masukan yang masih perlu dikaji lebih lanjut apakah sistem penempatan
elit-elit lokal dalam jabatan pemerintahan dan politik memiliki nilai positif
apabila disandingkan dengan tifa fungsi manajemen yaitu: (1) Manajemen Aityaru;
(2) Manajemen Aityono dan (3) Manajemen Aityefat, hadir sebagai sebuah model
yang perlu dipertimbangkan pimpinan dalam menempatkan seseorang pada
jabaran-jabatan strategis di pemerintahan.
Penempatan dalam jabatan
sanggat penting dilakukan karena kita sebagai pemimpin harus memastikan bahwa
keadilan ekonomi bagi seluruh orang Maibrat sudah dipenuhi atau belum. Selain itu,
juga penempatana dalam jabatan memiliki nilai yang cukup kuat meningkatkan
kinerja seorang pimpinan, apabila dalam pelaksanaannya tidak berjalan maksimal,
maka harga yang harus dibayar yaitu kinerja akan menurun atau kata kasarnya
selama kepemimpinan banyak program atau kegiatan yang gagal di implementasikan.
(@arkam)