ANALISIS PERGESERAN
EKONOMI DUNIA
Negara ini tidak puas dengan kemenangan yang
diperolehnya. Puas bahwa rumahnya sebelah dalam lebih kurang sudah tertib, Indonesia
sekarang mengalihkan perhatiannya ke luar. Di dorong oleh Jefrrey Sachs membuat
kagum pemerintah (bangsa) Indonesia.
Ia amat cerdik pandai mencari peluang-peluang baru, khususnya di Indonesia.
Banyak yang mengalami “demam pembangunan abad
milenium” menarik dicermati pemerintah Indonesia menyatakan, Indonesia tidak
akan meminta penghapusan utang, tetapi akan menjajaki konvensi utang sehingga
Indonesia bisa mencapai Tujuan Milenium dengan alternatif pembiayaan yang lain.
Para pemimpin bangsa juga sibuk melakukan
pendekatan yang agresif dan memandang keluar terhadap bisnis yang amat cerdik
pandai ini, sekarang dicakup oleh pergeseran pusat ekonomi dunia bergeser dari
Mediterranean ke Atlantik. Sekarang ini, pusat ekonomi bergeser dari Atlantik
ke Pasifik.
Kawasan Asia
Pasifik – Bangkitnya Putra Tatanan Global Baru
Tiga pertimbangan paling penting yang membentuk
tatanan globalisasi yang baru adalah (1). Kejatuhan komunis di seluruh dunia,
2). Revolusi telekomunikasi, (3). Bangkitnya kawasan asia
pasifik.
Asia dengan daya belanjanya, penyebaran teknologi
baru, sumber daya modal yang berkembang, dan kenaikan dalam perdagangan di asia tengah mencapai masa kritis yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan pengaruh ekonomi yang menopang diri sendiri.
Asia
Pasifik ditakdirkan untuk memimpin ekonomi global menuju abad berikutnya,
Walaupun eropa asik sendiri dengan pasar
tunggalnya, dan Amerika Serikat asyik memikirkan Eropa, tindakan ekonomi yang
sebenarnya telah beralih kekawasan Asia Pasifik.
Tetapi Asia Pasifik - yang berbatasan dengan Tokyo,
Shanghai, Hongkong, dan singapura-mengambil alih dari Atlantik yang sebelumnya
dominan-dengan budaya industri New York-Paris-Londonnya. Lima ratus tahun yang lalu pusat ekonomi
dunia bergeser dari Mediterranean ke Atlantik. Sekarang ini, pusat ekonomi ini
bergeser dari Atlantik ke pasifik.
Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa adalah
ekonomi-ekonomi yang sudah matang dengan laju pertumbuhan sedang. Kekuatan
manufaktur Asia menjadikannya sebuah pasar
yang booming, dan sektor konsumennya, dibandingkan dengan Amerika Serikat dan
ME, baru saja membuka diri.
Konsumen baja di Asia (di luar Jepang) sudah lebih
besar dari pada di Amerika Serikat atau ME.
Permintaan semikonduktor di Asia Pasifik melebihi
permintaan ME. Lalu lintas peti kemas dan pengangkutan udara di Asia sudah melebihi lalu lintas di Amerika Serikat atau
ME.
Asia sudah menguasai 25 persen pasar PC dunia. Asia
Pasifik mungkin akan berkembang dengan lebih dari $5 triliun pada tahun 2004,
lebih dari sepertiga pertumbuhan yang diramalkan untuk seluruh dunia.
Walaupun Jepang adalah pemimpin yang tidak
diragukan lagi kawasan tersebut sekarang ini, bagian selebihnya dari kawasan
Asia Timur – Cina, Taiwan, Hongkon, Singapura, dan Korea-akhirnya akan
mendominasi, dengan dukungan yang kuat dari Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Keempat macan sekarang merupakan 35 persen dari semua investasi asing di
negara-negara itu : lebih besar daripada Jepang, Amerika, atau Eropa.
Negara-negara yang telah makmur melakukan investasi kembali di daerah
pertumbuhan besar berikutnya. Deretan tingkat yang baru membiayai deret tingkat
yang berikutnya.
Pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik sedekat yang
dapat kita capai untuk sebuah contoh mengenai paradoks global-semakin besar
ekonomi dunia, semakin kuat para pemain terkecilnya. Tidak hanya negara yang
lebih makmur, tetapi juga seluruh kawasan tersebut para wirausaha mendorong
ekonomi negara mereka sendiri dan juga ekonomi kawawasan tersebut selebihnya.
Seperti disebutkan di dalam bab sebelumnya, ada
sekitar 55 juta orang cina yang hidup diluar RRC. Secara harfiah jutaan dari
mereka telah menjadi wirausaha yang berhasil di tempat negara tempat mereka
tinggal, dari sekarang sedang melakukan investasi kembali ke Cina dan tempat
lain, menyebarkan baik kekayaan mereka maupun keahlian wirausaha mereka. Di Indonesia,
kelompok salim milik Liem Sioe Lion – konglomerat bisnis multinasional yang
dimiliki oleh sebuah keluarga Cina-saja diperkirakan memiliki kekayaan 5 persen
dari GDP Indonesia. Keluarga-keluarga Cina lain menjalankan 17 dari 25
konglomerat terbesar Indonesia.
Keluarga bisnis Cina-Thailand telah mendominasi ekonomi Thailand selama beberapa dasawarsa,
seperti halnya keluarga Cina-Malaysia. DI Singapur, etnis Cina merupakan
mayoritas dari populasi dan memegang mayoritas kekayaan keluarga.
Peranan Baru untuk Asia
Dewasa ini, negara-negara Asia Pasifik bergegas ke
arah peranan yang baru sepenuhnya di dalam kelompok negara-negara tersebut, dan
negara-negara lain akan diharuskan memberikan tempat bagi Asia di pentas pusat.
Termasuk Jepang, keluaran ekonomi Asia dapat menyusul keluaran ekonomi Amerika
Utara pada tahun 1996, menurut David O’Rear, konsultan seior dan ekonomi
regional pada economist Intelligence Unit di Hongkong.
Jika Jepang tidak dimasukan, O’Rear mengantisipasi
bahwa Asia akan menyusul Amerika Utara pada tahun 2018 dan Masyarakat Eropa
pada tahun 2022. Gus Hooke, seorang ekonom Australia, yakin, Asia, tanpa
Jepang, akan menguasai 57 persen dari ekonomi dunia pada tahun 2050. Ke-24
negara OECD, termasuk Amerika Serikat, Jepang dan sebagian besar Eropa, akan
menguasai hanya 12 persen. Pada tahun 1990, negara-negara OECD menguasai 74
persen dari ekonomi dunia, Asia hanya 9
persen.
Walaupun ada suara meninggi dan peringatan
menakutkan yang dikeluarkan oleh Konggres AS, dan campuran badan-badan pemerintah
Eropa, tidak ada bahaya langsung blok ekonomi Asia berubah menjadi klub yang
lapar kekuasaan. Masing-masing negara masih memiliki terlalu banyak pekerjaan
yang harus diselesaikan dalam membuat rumah ekonominya sendiri tertib, dan ada
terlalu banyak persoalan politik yang tersisa di antara mereka yang masih harus
dipecahkan.
Walaupun tidak mungkin bahwa negara-negara Asia
yang pragmatis akan membahayakan hubungan global yang dimenangkan dengan sulit
dengan mengancam melaksanakan aliansi perdagangan yang bersekutu secara
regional, sekarang sedang muncul raksasa ekonomi yang akan memegang kekuasaan
atas pasar dunia dengan memanfaatkan ukurannya dan kecerdikan kewirausahaanya.
Di luar ekonomi, Asia belum mengetahui apa peran
yang baru, lebih besar, dan lebih penting yang harus dimainkannya di dunia.
Bagian selebihnya juga belum mengetahui apa peran Asia itu seharusnya juga
belum mengetahui apa peran Asia itu
seharusnya. Kevakuman tersebut memiliki peluang yang sangat potensial.
Ada pelung bagi Asia untuk membantu secara mendalam
membentuk tatanan global yang baru, untuk menegaskan kepemimpinan. Akan tetapi
negara-negara Asia Pasifik – yang sekarang merupakan kekuatan penggerak ekonomi
global-harus mempunyai visi tentang apa peran mereka di dalam tatanan global
yang baru itu seharusnya dan secara ekonomi tentang bagaimana mewujudkan visi
tersebut, masih beberapa tahun lagi.
Dari Chili hingga Cina, mengamati pertumbuhan Asia Pasifik dan Amerika.(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)