LOCAL
GENIUS DALAM MEMAKNAI AKUNTABILITAS
(STUDI KASUS SUKU YALI DI KABUPATEN YAHUKIMO)
Yali
artinya tempat orang Yali tinggal di sebelah timur dan Mo artinya tempat
terbitnya matahari (bahasa Yali Mo Alma). Masyarakat suku Yali memiliki 4
(empat) wilayah besar yang dikenal dan di dengar bahwa orang pakai rotan atau
makan manusia, yaitu Abenaho, Apahapsili, Anggruk, dan Ninia. Menggunakan satu
bahasa yaitu bahasa Nare atau Yali (teman, kawan, saudara, kekasih, sobat,
famili).
Hanya
berbeda dialek bahasa dan memiliki dan menggunakan budaya, adat istiadat hanya
berbeda penggunaan. Suku Yali mendapatkan dua kabupaten yaitu Yahukimo dari
pemekaran kabupaten Jayawijaya pada tahun tanggal 3 Desember 2003 dan kabupaten
Yalimo dapat pemekaran dari kabupaten Jayawijaya pada tahun 2008. Suku bangsa
Yali memiliki letak geografis dan jumlah penduduk yang dimiliki tidak kalah
dengan kabupaten lain di Papua. Umumnya suku Yali bermukim di dataran tinggi ±3000
m diatas permukaan laut yaitu di pegunungan provinsi Papua.Masyrakat Yali
bermukim di bawah kaki gunung atau di atas puncak besar dan di pinggiran
sungai-sungai di pinggir Ngarai yang menakutkan untuk orang baru yang besar.
Suku
Yali terletak di bagian barat kabupaten Jayawijaya tau suku Hupla sebelah timur
kabupaten pegunungan bintang dan sebelah selatan kabupaten Jayapura sebelah
utara Mamberamo tengah. Seni dan budaya lokal suku Yali saat ini masih terlihat
di masyarakat karena orang Yali memandang seni dan budaya lokal merupakan suatu
kekayaan dan kebiasaan untuk pertanggung jawaban menyelesaikan suatu masalah
dan atau aset yang nilainya sangat tinggi dan merawatnya sebagai warisan nenek
moyang di masyarakat saat ini.
Pemerintah
dan gereja selalu ada dan berkembang adalah suatu tantangan dan ancaman bagi masyarakat
suku Yali, yaitu :
a. Pemerintah
kasih pemekaran distrik, desa di kampung-kampung.
b. Proyek
pembangunan kampung atau prospek
c.
Ekonomi dan politik
d. Budaya
suku lain dan bangsa lain dan bangsa lain yang mempengaruhi masyarakat suku
Yali
e. Anak-anak
budayakan kawin silang masuk dan keluar
f.
Pembangunan
infrastruktur terus terobosan sampai masyarakat.
g. Berbagai
penyakit merajelela di masyarakat Suku Yali
Kemudian
masyarakat suku Yali adalah kerja keras dan tanggung jawab yang besar adalah :
a.
Orang Yali konsep diri
b.
Orang Yali
mempertahankan budaya kebiasaan turun-temurun
c.
Orang Yali belajar
integritas
d.
Orang Yali belajar
asistensi
e.
Orang mengaku taat
kepada siapa saja dan antusias
f.
Orang Yali keluar ke
kota, kampung lain
Kejujuran (Pikit Toho, Tem Toho, Fano Roho, Seleg
Toho, Ebenam Toho, Fuki Roho, Hikit Toho). Kejujuran
orang Yali Anggruk Walma berdasarkan kepercayaan diri dan dari kesadaran hati
nurani dan sifat mujur yang memiliki masing-masing dan budaya hidup jujur yang
menurut wejangan pemimpin dan para tua-tua (apsuon) dan gereja terutama budaya
hidup jujur sejak nenek moyang turun-temurun terhadap profesi dan kepada
masyarakat, diri sendiri dan orang lain. Wajengan terus-menerus ada pimpinan
terus ada lanjutkan terutama amanat Tuhan. Alkitab selalu diajarkan kejujuran
jangan mencuri, jangan membunuh, jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesama
manusia, jangan mengingini, jangan berzina tetapi mengasihi sesama manusia
seperti dirimu sendiri.
Kejujuran dan
pertanggung jawaban pekerjaan umum khusus pimpinan dan masyarakat Walma adalah
kepercayaan diri, partisipasi kerja, semangat, sumbangsih, dalam bentuk moril
maupun materiil dari orang Yali Walma yaitu :
Kepercayaan (wel
eneptuk ane). Masyarakat memiliki
pemimpin gereja, pemerintah, kepala suku adat, pemimpin unsur-unsur dengan
harapan masyarakat membawa perubahan.Pembangunan perdamaian hidup, berkomitmen
yang kontrol, maka pemimpin yang bertanggung yang baik, terbuka selama
kepemimpinan 8 kepala desa, 5 penginjilan, 9 kepala suku adat, pemuda-pemudi,
penasehat dan persejarah 8, rumah laki-laki (Yowi) yang besar pemimpinan
perempuan mengikat kesatuan hukum dan kasih dalam pembangunan formal dan non formal
di Walma adalah pembangunan yang dilakukan secara jujur dalam
pembangunan formal
adalah pembangunan gedung gereja Lahairoi, pembangunan gedung gereja Peniel
Solinggul, pembangunan gedung gereja Filiyal Tinggilmu, Lapangan terbang Walma
dan dana respek PNPM mandiri membagikan dan kerjakan merata tidak ada sebagian
kurang atau korupsi bahkan nepotitasi tidak ada jaminan pekerjaan hukum
masyarakat membantu kerja merata dan masyarakat Walma tidak ada kekafiran.
Informal yang membangun komunikasi dan informasi terus sampai kepada masyarakat
tinggal dibelakang
sembunyi untuk melakukan kegiatan dan rapat dan perundingan.
Partisipasi Kerja
(Yabuk Turuk Ane). Masyarakat Walma
selalu mendorong partisipasi kerja melahirkan semangat kekompakkan dan
mengambil bagian pekerjaan yang dilakukan orang Yali Walma tujuan utama
kebersamaan dengan teman-teman dan ingin selesaikan pekerjaan besar yang
dikerjakan yaitu Lapangan Terbang Walma, bangun tiga gedung gereja di Walma,
kegiatan pemerintahan, gereja, pekerjaan kebun baru kursus, sidang, melahirkan,
ide baru untuk memasukkan suatu bahan pertimbangan keputusan di Walma.
Semangat kerja
(Enehiyeg toho yabuk turuk ane). Orang Wali Waniok
salah satu cara dan sikap adalah dari semangat. Semangat untuk jiwa membangun
bukan ikut keramaian orang Yali Walma jiwa bersama untuk berdansa, bernyanyi,
bekerja, untuk datang tidak malas, tidak memikirkan bayar ongkos kerja, makan minum tetapi besok dan lusa pekerjaan
ada terus. Semangat untuk bekerja dengan hati yang tulus, sabar meraih
keberhasilan selalu di Walma.
Sumbang kasih dan
antusias (Ogisaruk Ane). Orang Walma sumbang
suka rela
dari hati yang terbuka untuk menunjang suatu kegiatan dan pekerjaanmeraih
kesuksesan bersama demi nama baik kampung Walma, yaitu :
Hari
Hut Injil masuk di lembah Payinggig pada tanggal 1 Mei 1961, masyarakat
memberikan sumbang suka rela untuk menunjang hari Hut dan memberikan panggilan
dari hati untuk persembahan syukur danmerasa terima buat Tuhan dalam bentuk
uang, Wam (babi) betatas (suburu) dan kekayaan miliknya kasih untuk Tuhan dan
kasih kepada sesama sebagai tanda mohon maaf atas kesalahan selama dia lakukan
dihadapan Tuhan dan sesama orang Waniok.
Kejujuran
melandasi kepercayaan suatu jabatan kepemimpinan di pilih oleh masyarakat dan
kepercayaan masyarakat terus ada dan ada. Pemimpin masyarakat Walma melakukan
integritas yaitu aset yang dipakai pemimpin lama kepada pemimpin baru, yakni :
a.
Rumah tempat tinggal
penginjil lama serahkan penginjil baru, kebun atau lokasi, menjadi aset gereja,
SSB, barang yang umum ditinggalkan di hadapan jamaah umum, bendahara, gereja
uang tidak di bawah, laptop, alat-alat lain semua tinggalkan.
b.
Pemerintah Kepala
Desa yang lama dengan kepala desa baru serahkan aset yaitu Balai Desa, rumah
tinggal, mesin ketik, laptop, televisi, bendera, lokasi desa, dan administrasi
lainya dan cacatan-catatan babi, cap desa di depan umum.
c. Organisasi
kepemudaan. aset kepemudaan serahkan kepada pengurus baru supaya aman ini
melalukan pertanggungjawaban.
d.
Untuk kebiasaan
kejujuran orang Yali Walma adalah setiap orang tua sampaikan rahasia-rahasia
orang tua yang kuat menanggung anak dan orang memiliki anak 2-7 anak maka orang
membagikan kekayaan kepada anak secara adil, terbuka dan pertanggungjawaban,
yaitu :
Konsep
kejujuran suku Yali didukung dengan pemahaman mengenai makna adil. Beberapa
aktifitas kejujuran suku Yali dengan makna adil seperti orang tua membagikan
kekayaan kepada anak-anak yang dimaknai sebagai berikut:
a.
Ternak babi betina
jantan dua pasang atau lebih kasih kepada anak-anaknya.
b.
Uang kasih
masing-masing sesuai kebutuhan anak-anaknya.
c.
Tanah kebun bagikan
rata-rata tidak lebih tidak kurang.
d.
Pohon kelapa hutan,
pohon buah merah bagi rata-rata.
e. Orang tua memiliki
anak perempuan dua laki-laki dua maka orang tua bagikan nantinya menerima mas
kawin untuk anak perempuan.
f.
Terbuka Orang terbuka
terhadap anak semua permasalahan dan membagikan kekayaan terhadap anak-anak.
Istri satu dan dua dan kepada fam atau suku ipar, keluarga dekat untuk
mengetahui dan informasi. Orang tua bertanggungjawap besar kepada anak dan
anak-anak rumah untuk membesarkan, mendidikan, di sekolahkan dan mengawikan
pernikahan, tanggung jawab masalah-masalah anak-anak yang buat itu menjadi
resiko bagi orang tua setiap anak-anak.
g. Kejujuran pemimpin
besar (op suon) kepala suku adat dan penasehat yomi pada waktu pesta babi,
dagingnya begikan secara adil dan jujur yang tidak dapat masak babi, buka kebun
baru, kelapa hutan hasil apa saja pada saat musiman selalu ada dan jujur cara
penggunaan terhadap orang lain.
h.
Distrik Walma dan
desa yang ada penggunaan dana respek selama ini terbuka untuk semua orang yang
berasal dari Walma melibatkan bagi dana secara adil dan besar, kepala desa
terbuka terhadap masyarakat atas perbuatan, menyelesaikan suatu masalah jujur
pada aturan hukum adat dan hukum pemerintah dan jujur masyarakat, jujur pada
gereja, pemerintah mengambil suatu keputusan dan itu menjadi suatu
pertanggungjawaban secara adil dan jujur administrasi pelaporan keuangan
kegiatan besar kecil.
Pelaporan-Pelaporan
(Yabuk Turuk Ane Ino Hiyag Isaruk). Pelaporan kegiatan
yang dilakukan, kekayaan, penduduk, masalah yaitu laporan kepada atasan
untuk mencatat dan di ketahui pimpinan-pimpinan. Laporan kekayaan setiap orang
Yali wajib melaporkan kepada atasan pemerintah, gereja dan kepala suku adat dan
penasehatYowi bahwa, ternak babi, (wam), kelinci (pak), ayam (sue) kolam ikan
(iksene), suburu (Betatas), kebun baru (Yahuk Kerom) kelapa hutan (Wiramna)
buah merah (Sak) uang usaha (inggilangge yami turukon) itu yang melaporkan
masuk ke luar (Wilip atukon kik waha rukon fahet).
a. Laporan penduduk (ap
wereg ane fahet). Setiap bulan dan
setiap tahun wajib melaporkan perubahan dan perkembangan penduduk di kampung
Walma di hitung 8 desa dan 5 gereja dan
11 kampung yang besar berdomisili di wilayah Walma
b. Pelaporan Kegiatan
Pertanggungjawaban Terakhir (Yabuk obogtoho tebelug hiyagisruk ane). Kepercayaan
di berikan oleh masyarakat untuk memimpin dan mengurus pembangunan, kegiatan,
keberadaan masyarakat, maka sebagai tanda keberhasilan pertanggungjawaban
secara administrasi berdasarkan perbuatan nyata hasil yang membuktikan kepada
masyarakat tidak memanipulasi administrasi, pelaporan sesuai sumpah janji
kepada Tuhan yang maha kuasa di depan masyarakat untuk kerja sejujur-jujurnya
dan seadil-adilnya.
Moto orang Yuli Walma
bahwa keberhasilan pemimpin itu keberhasilan untuk masyarakat dan keberhasilam
masyarakat untuk keberhasilan pemimpin pertanggungjawaban kita bersama untuk
meraih kesuksesan pembangunan sesuai budaya lokal orang Yali Walma Wa nori nehebi
maniek.
Kegotong-Royongan (Let Wet, Ambiyeg Mangnoroho,
Yuwag Angge, Areyen Ha-Areyen Ha, Alem Wimin Otomi Wimin). Motto
orang Yali Walma ialah kita hidup karena kamu (hat an famen welahaen ANHAT
Famen welahi). Orang yali hidup dan kehidupan ketergantungan sesama dan orang
lain. Visi dan misi orang yali walma yaitu visi kita visi kiTa semua misi kita
misi kita semua, yaitu kerja kegotong-royongan, pengetahuan sejarah, dan budaya
bersama, cinta kasih sayang, kejujuran, keadilan, dan kesabaran dari hati ke
hati. Kegotong-royongan orang Yali Walma melakukan kegiatan oleh masyarakat
Yali Walma dari tahun 2008-2013 seperti pembangunan jalan, membangun gereja,
panen hasil pertanian, membangun sarana dan prasarana dan persta babi, yaitu :
Pembangunan Fasilitas
Publik. Tahun 2012 sumbang dana respek-PMPN
Mandiri jumlah sebesar Rp 360.000.000. dari dua desa yakni Desa Solinggul Rp
180.000.000. dan desa Weri Rp 180.000.000. untuk membuat 5 (lima) buah jembatan
yaitu kali Suwele 2 (dua) jembatan, kali Kono 1 (satu) jembatan, kali Weri 1
(satu) buah jembatan, dan kali Henggorelep 1 (satu) buah jembatan kali Wisil
atau mandi 1 (satu) buah jembatan selesai dalam waktu 2 (dua) minggu atas
kekompakkan dan gotong-royong masyarakat sehingga terselesaikan dalam waktu singkat.masyarakat
tidak memandang uang untuk membangun jembatannya.
Pada
tahun 2009-2010 kekompakkan dan gotong-royong masyarakat Anggruk membangun
kantor Klasis Yali di Anggruk dalam waktu singkat. Kemudia tahun 2000 membangun
gereja induk besar Lahairoi jemaat Walma menyelesaikannya dalam waktu singkat
kegotong-royongan dan mengumpulkan harta suka rela sebanyak 500 ekor babi
(wam), dan dana sebanyak Rp 1.200.000.000. Memulai kerja kegotong-royongan
masyarakat Walma yaitu basar, cari dana, ratakan tempat bangun gereja satu
bukit besar di piyinggig, bahan bangunan lokal kayu, papan, mengambil bahan
bangunan dari kota dengan pesawat.
Masyarakat
mengambil dengan berdansa ramai-ramai semangat mengantar ke lokasi pembangunan.
Siang malam menjaga tempat bangunan gereja untuk menjaga bahan bangunan secara
bergiliran dan berkelompok. Tukang tidak mendapat kesulitan untuk kasih ukuran
gereja sehingga gereja terbesar di wilayah suku Yali itu terselesaikan dengan
waktu yang singkat. Dan kerja kegotong-royongan itu membuat salah satu rumah
penginjil angkat rumah itu dengan utuh ke bawah ±
lebih 50M dari tempat itu ke tempat yang baru karena membangun gereja lebih
baik mengangkat gereja itu dengan gotong royong bersama masyarakat.
Pembanunan
Gereja Panel Solinggul dengan jumlah jemaat 210 jiwa dari 3 desa yaitu Desa
Solinggul, Desa Weri dan Desa Wewasi untuk membangun gereja. Sumber dana
berasal dari Respek sejumlah Rp 540.000.000 masing-masing Rp 180.000.000 dari
tiga desa tersebut. Kekompakan dan gotong royong masyarakat Solinggul yang
berat adalah diselesaikan dengan meratakan tanah satu bukit besar dan jurang
dengan menggunkan alat tradisional yaitu Kayem dan Wanggun. Kelompok lain
bongkar batu betatas, kelompok masak dalam belanga, kelompok mengambil air dan
kelompok yang lain berdansa untuk membuat semangat bagi yang bekerja.
Sarana
prasarana yang membangun keinginan masyarakat Walma pada hutan 1989-2009 untuk
membuka Lapangan Terbang Walma masyarakat berkerja secara bertahap. ±
2.500 meter yang dikerjakan pertama 200 meter sambil pesawat Cesna milik Maf
mendarat, tahap kedua 200 meter untuk layak terbang pesawat Karafan, dan Susi
Air. Sepuluh tahun kemudian mengerjakan 1000 meter untuk layak terbang pesawat
Trigana Kecil dan pesawat berbadan kecil lainnya
Cara
kerja lapangan terbang Walma dikerjakan secara bergotong-royong laki-laki perempuan, besar-kecil, tua-muda dengan
semangat yang penuh. Ibu-ibu bakar batu betatas dan sayur-sayur setiap hari.
Kerja keras lapangan terbang secara swadya
masyarakat tidak dapat dinilai yang terpenting pembangunan sudah nampak
dan pesawat dapat masuk-keluar.harta yang dikorbankan secara sukarela adalah
uang sebesar Rp 400.000.000, babi (wam) 300 ekor demi pembangunan kampung Walma
dari 8 Desa satu distrik dengan jumlah penduduk 4.763 jiwa terdiri dari
perempuan 2.306 jiwa dan jumlah laki-laki 2.457 jiwa. Memiliki semangat untuk
membangun kampung atas ide sendiri sesuai dengan visi, misi dan moto.
Pemimpin
dan penasehat (ap komo eneptuk inap)
melihat pencapaian masyarakat kerja secra bergotong-royong sampai dua tiga
tahun lewat pimpinan dan penasehat. Melakukan perundngan untuk merencanakan
pesta babi tujuannya untuk memberikan makan kepada masyarakat slama sehari
selama berpartisipasi kerja menjadi kompak. Agar masyarakat yang kurus dan
lemah bisa kembali stabil kembali. Pesta babi merupakan menutup selama kegiatan
dan membuka program yang baru mendatang dengan kegotong-royongan menggunakan
cara baru dan program yang baru dengan tujuan yang sama namun beda sistem.
Pertanggung
Jawaban (Ak turuk ambehen yabuk turuk men obog teberuk, fano roho yabuk turuk)
Pembukuan Yang Baik
(Hahatuk Ane Fane Roho). Pembukuan dan catatan
membuat laporan pertanggungjawaban berjalan lancar dan lebih terkontrol. Hal
tersebut usaha orang Yali selalu kekurangan stok barang karena memiliki nilai
kasih yang lebih besar.
a. Integritas Yang
Terbuka (Yabuk Turuk Angge Ap Misihen Oho Walug Laruk Fug). Orang
Yali belajar dan melakukan integritas. Hal utama adalah karena taat pada aturan
hukum Allah dan hukum adat. Alat kerja yang digunakan setelah bekerja
dikembalikan atau diserahkan kepada orang baru bukan menjadi milik pribadi.
Yaitu uang, wam, sekop, linggis, mesin ketik, buku arsip, rumah.
b. Asistensi dari hati
(Ununtaman Wel Eneptuk Ane). Nilai menghormati
satu sama lain bagi orang Yali sangat positif. Orang Yali sifatnya
dengar-dengaran, perasaan sangat tinggi, mementingkan teman, orang lain pada
kegiatan besar atau kecil diselesaikan tepat waktu.
c. Menjaga Relasi
(Ambiyeg Wereg Ane Fahet Wengkel-Wengkel). Orang Yali selalu
memberikan hadiah pada hari tertentu atau acara tertentu kepada pelanggan,
kepada kelompok yang sukses, kerja bagus dan memiliki kerja yang bagus dan
pertanggung jawaban yang jelas secara administrasi maupun kerja fisiknya.
Meskipun, yang diberikan bukan yang mahal. Namun pemberian tersebut membuat
hati pelanggan, pemimpin kelompok dan pemilik usaha merasa senang. Serta
kembali bekerja dengan hati senang.
MODEL AKUNTABILITAS
MASYARAKAT SUKU YALI
Sumber : model temuan penelitian
Setelah diuraikan panjang lebar local genius suku yali dalam memaknai
akuntabilitas, maka bagian ini dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu :
a. Akuntabilitas sebagai
pertanggungjawaban pihak yang diberi kuasa mandat untuk memerintah kepada yang
memberi mereka mandat. Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan
menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga
pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan
kondisi saling mengawasi.
b.
Konsep Kejujuran (Pikit Toho, Tem Toho, Fano Roho, Seleg Toho, Ebenam
Toho, Fuki Roho, Hikit Toho) Konsep kejujuran
berimplikasi terhadap pertanggungjawaban
individu masyarakat suku Yalimo terhadap pekerjaan yang diamanatkan.
d.
Konsep
pertanggungjawaban (Ak turuk ambehen yabuk turuk men obog teberuk, fano roho yabuk turuk)
yang didukung dengan nilai-nilai kekeluargaan menjadikan akuntabilitas lebih baik.
Ketidakpercayaan yang tumbuh dan bentuk kecurangan dapat lebih mudah direduksi.
Tulisan ini merupakan ide awal dalam
melakukan konstruksi manajemen keuangan publik di ranah budaya dan
agama khususnya yeng bercorak Papua khususnya Suku Yali di wilayah Kabupaten Yhukimo.
Saran bagi para peneliti yang tertarik dengan nilai-nilai kearifan budaya Lokal Papua adalah perlunya
menelusuri lebih dalam setting alamiah praktik manajemen keuangan publik yang
dijalankan.
(Eresa Iksomon, Mahasiswa Magister Keuangan
Daerah Uncen)