Saturday, June 8, 2019

TERSENYUM

Tahun ini awan terlihat gelap dipandang memakai kacamata jiwa, tahun penuh kecemasan, keraguan, kembimbangan, kepedihan yang datang dan pergi membuat beberapa individu yang berada di pusaran birokrasi ada yang gembira dan ada pula yang bersedih.

Proses lelang jabatan maupun perampingan organisasi di Pemerintah Daerah yang dilakukan memakai mekani
sme terbuka, membuat banyak individu yang gagal karena sedikit saja yang terpangil. Kegagalan yang diakibatkan proses diatas telah meninggalkan luka hati sebab kesempatan tertunda dengan waktu yang belum pati.

Gembira dan sedih ini, merupakan irama kehidupan di atas perahu yang diberinama organisasi sudah seharusnya dipandang sebagai sesuatu hal yang biasa dan bukan dilihat sebagai sesuatu yang luar biasa. Kompetisi sudah pasti sudah pasti hukumnya ada yang kala. Kekalahan itu perlu sekali dilihat atau diambil sebagai titik masuk untuk memperbaiki diri lebih matang lagi, agar event yang akan datang diperkecil resiko gagalnya.

Gambaran kasar terlihat bahwa masih banyak bisikan negatif yang terungkap dari beberapa individu yang belum memberi izin hati untuk menerima rasa kepahitan hidup ketika kehilangan jabatan dengan hasil seleksi tersebut, ini mungkin ada takarannya masing-masing dalam melontarkan kekecewaan mereka karena belum siap lahir batin yang paripurna.

Kompetisi itu sebenarnya bisa dilihat sebagai sesuatu yang postif seperti semasa masih menyandang status anak kampus, dimasa itu biasanya terjadi persaingan antar teman sebelahan kursi atau seangkatan yang normal saja yaitu nilai indeks prestasi yang berbeda antar teman kuliah.


Lahir batin masih mahal harganya atau masih jauh dari kondisi yang sebenarnya, ini dikarenakan masih ada penolakan yang dilakukan beberapa individu yang belum bisa menerima kenyataan kehilangan pendapatan berupakan fasilitas yang melekat langsung pada jabatan tersebut serta belanja operasional sehari-hari yang dibebankan pada organisasi akan terhenti otomatis.

Persoalan di atas, bila belum dikelola dengan baik, akan menimbulkan atau melahirkan energi negatif yang bermuara pada penurunan kemampuan berfikir postif serta cepat emosi. Persoalan tersebut perlu ada intervensi penyembuhan yang bersumber dari diri sendiri sebab penumpukan beban pikiran yang begitu berat akan menimbilkan sakit jiwa yang proses penyembuhan susah sekali diselesaikan dengan intervensi kimia.

Guru spiritual memberikan saran yang boleh dibilang sanggat ampuh untuk digunakan sebagai obat penyembuhan yang terbaik yaitu “tersenyum”. Menurut guru spiritual tersenyum memproduksi energi yang keberhingga dan senyum juga sebagai jembatan penghubung untuk memperbaiki atau mengantikan energi negatif dengan engergi yang positif.@arkam

PORT NUMBAY MENGGELIAT


Malam di Kota yang zaman lampau di juluki Hongkong di waktu malam, mulai perlahan-lahan susah diurus sebab sentuhan yang diberikan berlebihan kepada Port Numbay atau dengan kata lain sentuhan sudah semakin liar yang semestinya di batasi sebab daya dukung lahan pemukiman semakin kecil. Sementara yang menjadi fokus cerita adalah daya dukung jalan sudah kurang memadai untuk menampung kendaraan roda dua maupun roda empat.

Sedangkan fenomena lain yang menarik dan menimbulkan pertanyaan yaitu apakah dengan tumbuhnya Port Numbai ini, membuat Pemerintah sudah mengantisipasi tuntutan masyarakat yang terkena dampak polusi udara dan gangguan kebisingan lainya yang hanya menunggu waktu untuk dimuntahkan masyarakat dalam bentuk menyampaikan pendapat dimuka umum.

Melihat perkembangan kota yang sudah semakin padat ini, perlu ada kerjasama lintas organisasi antara pemerintah Portnumbay, Kabupaten Jayapura, Keerom yang dijembatani Provinsi untuk mempersiapkan langkah mengantisipasi dampak yang ditimbul di kemudian hari, misalnya membuat kebijakan yang meniru Daerah lain seperti DKI Jakarta yaitu : syarat pembelian kendaraan diwajibkan menyertakan foto garasi rumah.

Bergeser pada fenomena lain yang menarik untuk dilihat lebih dalam lagi yaitu kepadatan kendaraan di jalan raya maupun yang diparkir diatas trotoar, ini menimbulkan pertanyaan lagi dan lagi yakni apakah ukuran daya beli masih relevan dipakai kalau dilihat melalui ukuran kepadatan kendaraan.@arkam

Wednesday, June 5, 2019

MEREKA MULAI SIUMAN

Memasuki hari raya idul fitri 1440 H, ada guntingan yang menarik namun kurang menggigit dikarenakan apa yang ingin didapatkan ketika anda saya dan dia membaca lintas papua pada media cetak ternama seukuran papua yang dikenal dengan nama cenderawasih pos atau disingkat cepos edisi senin 04/06/2019.

Sebelum dilakukan pembedahan lebih dalam tentang “Musyawarah Adat” , ada baiknya anda saya dan kamu, melihat satu simbol dari alam tanah ini yang disampaikan penjaga sungai yang terkenal buas, namun ada pelajaran teramat penting yang perlu dipelajari dari kelebihan yang diberikan pencipta alam semesta kepada seekor buaya.

Dalam sebuah telaga atau sungai hidup seekor buaya yang dalam kehidupannya selalu tenang dan tidak bersuara bahkan tidak pernah merusak telaga dan sungai dan berontak kalau diganggu mahluk asing yang wilayahnya. Sementara itu, buaya tersebut bergerak mencari makan ketika lapar.

Filosofi buaya ini, coba anda saya dan dia lihat dengan memakai kacamata adat sebagai alat masuk untuk mengurai masalah apa yang sebenarnya membuat luka hati semakin perih dengan memuntahkan aroma tak sedap, ini semua bersumber dari tanah garapan mereka sudah mulai langka atau main menipis manfaat ekonominya.

Luka hati yang lebih perih dan ekstrim yaitu sex ratio mereka mulai menurun perlahan-lahan, bila dilihat dari populasi masyarakat asli yang cenderung menurun, masalah ini melahirkan perkiraan sementara yaitu waktu mereka hampir sebagian besar digunakan untuk bergulat mengisi kampung tengah (perut) yang membuat terbatasnya waktu untuk melakukan aktivitas sex.

Penyebab lain yang diperkirakan ikut menyumbang penurunan populasi masyarakat asli, ini disebabkan oleh beberapa masyarakat asli yang hanya mementingkan dirinya sendiri dengan mengabaikan tumbuh kembangnya generasi penerus warga mereka atau dengan perumpamaan yakni “tongkat estafet diberikan kepada siapa”.

Beberapa masyarakat asli yang berperilaku negatif atau mementingkan dirinya sendiri, sampai ketika berada pada satu masa dimana Ia mulai merasa terancam, maka pada saat itu Ia mulai sadar bahwa marganya hilang merupakan hutang yang harus dilunasi atas perilaku mereka selama masih berkuasa.

Tikar adat yang dilakukan berdasarkan 4 golongan mata angging suku Marind yaitu Mayo, Timo, Sosum dan Esam sebagai pemilik tanah lulur mulai berontak karena pekarangan rumah mereka mulai masuk keluar migran tanpa pajak.

Pesta adat yang dilakukan bermaksud menyampaikan kepada penduduk migran bahwa tanah ini bukan tanah tak bertuan, tanah ini ada penjaganya. Mereka mulai melakukan perlawanan, namun para migran sudah migrasi puluhan bahkan ratusan ke tanah ini.

Filososi sederhana yaitu kalau mau masuk ambil barang di ladang (kebun) orang harus meminta izin sama pemiliknya, sebab kalau mengambil tanpa seizin pemilik ladang itu berat hukumnya kalau sampai tertangkap.

Bila dilihat dari berbagai konflik yang terjadi di hampir semua wilayah di tanah ini, masalahnya hanya satu yaitu konflik kepemilikan properti yang disebabkan motif ekonomi sudah terbungkus pada properti yang dimasa lampau properti tersebut digunakan secara bersama-sama, namun berkembangnya waktu properti mulai jadi sengketa karena yang dilihat nilai ekonominya. 

Migrasi besar-besaran tanpa pajak ke tanah Animha dilakukan melalui gerbong transmigrasi yang mulai tumbuh dan berkembang menjadi komonitas besar yang berfungsi sebagai generator pengerak ekonomi yang mengurita keseluruh wilayah selatan Papua. Komunitas migran ini telah berevolusi dalam struktur sosial ekonomi selatan.

Penetrase kelompok migran mulai bergeser dari wilayah ekonomi kewilayah politik, ini mulai terlihat dari pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat daerah Merauke sebagian besar kursi diambil oleh kelompok migran, dengan komposisi itu, maka sebagian besar keputusan strategis yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak akan ditentukan kelompok migran.

Fenomena ini, yang membuat masyarakat asli yang sudah terdidik mulai berteriak dibawah bendera para-para adat, ini dilakukan agar kelompok migran harus sadar diri dan selalu mematuhi tatakrama yang sudah ditetapkan adat secara turun temurun.@arkam

MASALAH MEIBRAT

Meibrat merupakan satu Kabupaten terunik di pedalaman kepala burung, ini dihuni tiga suku besar yakni Ayamaru, Aitinyo dan Aifat yang pada masa lampau disebut dengan nama Ayamaru yang dalam perjalanan pemerintahan setelah dibentuk kabupaten ini penuh dengan misteri karena susah diukur memakai akal sehat. 

Perjalanan Pemerintahan Daerah yang
 misterius ini disebabkan terjadi lompatan budaya yang membuat sistem Pemerintahan dijalankan berdasarkan konsep like and dislike yang dilakukan pembuat kebijakan yang bahasa kasar suka-suka hati.

Terjadinya lompatan budaya atau ada sistem nilai yang terbangun ribuan tahun lalu, dipatahkan pemikiran generasi atau kelompok intelektual dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan digunakan untuk membuat rumitnya masalah sistem politik di tanah A3.

Lihat dari sisi yang lain, bisa juga dijelaskan bahwa perkembangan pemerintahan saat ini lebih primitif sebab orang A3 kembali tinggal dalam lubang gaaNya masing-masing, serta menumbuh kembangkan status nepotisme kelompok yang kuat dalam pemerintahan yang melayani.

Sementara itu, perjalanan organisasi di era kekinian dihuni oleh tiga kelompok dalam gerbongnya masing-masing yaitu (1) kelompok intelektual; (2) kelompok aktivis; dan (3) Kelompok Religius. Tiga kelompok besar ini, masing-masing memainkan peran di eranya masing-masing.

Kelompok Intelektual, ialah kelompok yang biasanya konsen berbicara atau menyampaikan gagasan atau pendapat kebanyakan dilakukan dengan membuat perbandingan baik empiris, teoritis maupun fenomena, biasa berdasarkan kota asal studi baik dalam maupun luar Papua. Kelompok ini perkembanganya mulai pelan-pelan tergeser di bumi A3.

Kelompok Aktivis, ialah kelompok yang berisikan anak-anak mudah terdidik yang konsen memberikan advokasi lingkungan dengan memakai bendera kelompok swadaya masyarakat yang dalam perjalanannya belum begitu banyak membuat perubahan di bumi A3.

Kelompok Religius, ialah kelompok religius yang melahirkan sebuah paham bahwa bersama kelompok ini, sudah pasti masuk surga, kelompok ini mulai tumbuh subur di bumi A3.

Berbagai kelompok kepentingan yang sekarang membuat panggung pertunjukkan dengan memakai lipstik pesta rakyat, ini sudah saatnya mulai sadar bahwa keputusan satu paket dengan resiko. Keputusan yang dibuat selalu memuat unsur efektif.

Orang bumi A3 sudah seharusnya belajar sama orang Bali, kenapa harus belajar ke Bali, mereka bukan siapa-siapa dengan kami atau satu ras dengan orang A3, ini pertanyaan yang akan muncul.

Tahun 2002, peristiwa bom Bali yang dilakukan teroris itu, banyak menewaskan ribuan orang yang tak berdosa ini, ditanggapi dingin orang Bali, yang bisa dilihat dari masyarakat Bali hanya diam dan menerima peristiwa tersebut walaupun menyakitkan mereka. Aksi balas dendam sama sekali hilang dari pikiran masyarakat itu sendiri.@ARKAM

MASALAH PASAR HARGA DIRI DI MAIBRAT

Melihat kebijakan Pemerintah Daerah membangun pasar yang dipengaruhi turbulensi Politik pada saat bergulirnya pesta Demokrasi itu, membuat rembesan menjadi gesekan kecil antara beberapa individu yang terlalu dibesar-besarkan oleh beberapa individu lain untuk memuluskan kepentingan mereka itu yang penting dilihat warga masyarakat.

Persoalan turbulensi politik membuat Pemerintah Daerah membuat kebijakan belanja modal dengan membangun pusat aktivitas ekonomi masyarakat tanpa melalui sebuah kajian akademik yang baik akan bermuara pada aset tidak produktif.

Pengeluaran Pemerintah Daerah yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (DAU, DAK, OTSUS, PAD, SILPA) akan membentuk belanja modal yang terakumulasi ke dalam aset daerah, ini perlu dikelola sesuai dengan perencanaan.

Keputusan pembangunan pasar diambil dari persoalan politik dengan mengabaikan aspek ekonomi akan melahirkan resiko kegagalan yang besar di masa depan karena aspek kelayakan sebuah pasar diabaikan pembuat kebijakan.

Alat bantu yang dipakai untuk memberikan edukasi kepada para pengambil kebijakan ini, penulis meminjam pesan Zocrates yang menjelaskan bahwa “Sesuatu Yang Tidak Di Teliti, Tidak Pantas Untuk Di Jalani”. 

Pesan Zocrates ini teramat sanggat tepat dipakai sebagai jembatan untuk memberikan pencerahan secara rasional walaupun saran penulis terlambat, namun mungkin masih bisa dijadikan pertimbangan untuk pengalihan fungsi bangunan tersebut menjadi Market Point di batas kota. 

Secara teori yang belum terbantahkan selama ini bahwa membangun sebuah pasar perlu ada kajian kelayakan secara ekonomi yang komprehensif sebab orientasi belanja pembangunan sebuah pasar adalah menaikan Pajak Daerah.

Pasar secara teori merupakan tempat pertemuan antara produsen dan konsumen atau petani dan pembeli dengan aktivitas pertukaran barang dengan alat ukur uang. Persoalan yang akan dihadapi ketika pasar sudah terbangun adalah siap pembeli utama atau konsumen target utama ketika pasar dibangun siapa.@arkam

MENCARI MAYBRAT

TERSENYUM

Tahun ini awan terlihat gelap dipandang memakai kacamata jiwa, tahun penuh kecemasan, keraguan, kembimbangan, kepedihan yang datang dan per...