@arkam
Umum
Beberapa bentuk struktur kelas atau st ratifikasi
sosial telah ada pada semua masyarakat di sepanjang sejarah keberadaan manusia.
Kelas sosial merupakan suatu bentuk hirarki masyarakat yang pasti terjadi dalam
sebuah masyarakat, baik di kelompok masyarakat yang sederhana, seperti di desa,
hingga masyarakat kosmopolitan yang pluralistik, seperti di Surabaya. Terdapat
berbagai variasi pembagian kelas sosial di dalam masyarakat tersebut
berdasarkan tolak ukur atau variabel yang digunakan dalam melakukan
stratifikasi kelas sosial.
Masing-masing kelas sosial yang telah terbentuk memiliki karakteristik
yang dicerminkan oleh para anggota yang menduduki suatu kelas sosial tertentu.
Kelas sosial merupakan tempatuntuk berbagi nilai, gaya hidup, minat, dan
perilaku yang kemudian membedakan perilaku konsumsi seseorang dari berbagai
kelas sosial tersebut. Secara umum, pembagian kelas sosial di Indonesia terbagi
menjadi kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas.
Basis yang digunakan dalam menetukan kelas sosial tersebut berbeda-beda
sesuai dengan ukuran yang digunakan dalam suatu kelompok masyarakat.
Stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya
pembedaan dan atau pengelompokan suatu kelompok sosial secara bertingkat. Misalnya:
dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata sedang dan strata rendah.
Pembedaan dan atau pengelompokan ini didasarkan pada adanya suatu symbol-simbol
tertentu yang dianggap berharga atau bernilai baik berharga atau bernilai
secara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi lainnya dalam
suatu kelompok sosial. Simbol- simbol tersebut misalnya, kekayaan, pendidikan,
jabatan, kesalehan dalam beragama, dan pekerjaan. Dengan kata lain, selama
dalam suatu kelompok sosial ada sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai,
dan dalam suatu kelompok sosial pasti ada sesuatu yang dianggap berharga atau
bernilai, maka selama itu pula akan ada stratifikasi sosial dalam kelompok
sosial tersebut.
Kelas Sosial
Gambaran sebuah entitas di wilatah pedalaman
kepala burung (lihat peta papua), terdapat satu suku yang mendiami wilayah
gugusan batu karang yang biasa disebut orang A-3 (Ayama, Aitinyo, Aifat) atau
dengan sebutan lain orang Maibrat masih menyimpan misteri alam dan budaya yang
belum terpecahkan.
Dalam lingkup orang Maibrat, Saya menlihat
bahwa ada perbedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh orang Maibrat
yaitu kelas social yang meliputi: (1) ra
bobot; (2) ra kinyah; (3) ra warok dan (4) ra keir atau sigiah.
Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi status sosial tetapi ada juga
diwilayah pemerintahan dan politik, misalnya ada yang menduduki jabatan tinggi
seperti kepala daerah, Sekda, Ketua DPR, Kepala Dinas dan jabatan paling rendah
Kepala Distrik, Kepala Kelurahan, Kepala Kampung sementara ada yang biasa-biasa
saja dan orang miskin.
Perbedaan itu tidak muncul hanya muncul dari
dua komponen status social dan jabatan politis atau pemerinatahn, melainkan
muncul juga dari jenjang pendidikan yang ditamatkan orang Maibrat.
Dalam kelas sosial orang Maibrat sudah
tergambar dengan jelas atau dalam pemahaman ilmu manajemen siapa perintah
siapa, siapa kerja apa dan bertanggungjawab kepada siapa dan juga dalam kelas
sosial orang Maibrat faktor keturunan pihak orang tua yang selalu dituakan
dalam sebuah ikatan kekerabatan karena meraka menjadi terpandang di kampong
(kot).
Pembagian kelas sosial orang Maibrat
berdasarkan kriteria baik menurut keturunan, pendidikan dan status ekonomi.
Setiap orang Maibrat dalam wilayah terkecil mata rumah di satu kampong (kot)
senentiasa mempunyai penghargaan tertentu dalam masyarakat Maibrat itu sendiri.
Barang yang diharagai orang Maibrat paling
utama dan terutama adalah kepemilikan Wan merupakan penghargaan tertinggi
sementara status pendidikan dan ekonomi seseorang masih menjadi pelengkap. Jika
ada sekelompok kecil dari orang Maibrat yang memiliki barang-barang berharga
Wan dalam jumlah yang besar, maka masyarakat Maibrat akan menganggap mereka
sebagai kelompok atau golongan sosial baru yang dalam Bahasa Maibrat disebut
bobot. Sebutan itu diberikan kepada mereka-mereka yang mampu bertransformasi
lewat bidang pendidikan serta menduduki jabatan-jbatan strategis bagi di
pemerintahan maupun politik. Sebaliknya orang-orang Maibrat yang sama sekali
tidak memiliki bo kelas satu atau bo biasa-biasa saja atau sama sekali tidak
memilki bo, maka mereka-mereka ini mempunyai kedudukan yang rendah di kalangan
orang Maibrat.
Status social orang Maibrat yang dalam ilmu
sosiologi disebut “Social Startification” yang berasal dari kata Stratum yang
jamaknya Strata dan biasanya lebih dikenal dengan istilah lapisan yang biasa
juga disebut kelas social. Istilah lapisan yang terdapat masyarakat Maibrat
telah ada sejak zaman nenek moyang orang Maibrat sudah mengenal kehidupan
bersama dalam ikatan organisasi soaial yang disebut “Anu Betha Tubat”.
Lapisan orang Maibrat pada masa lampau di
dasarkan pada beberapa banyak kepemimlikan bo kelas satu yang dalam Bahasa
biasa disebut wan, berapa banyak jumlah patner dagang, berapa banyak pengikut,
ukuran-ukuran tersebut yang akan menentukan pemberian status social atau kelas
sosial dalam wilayah kehidupan orang Maibrat dan pemberian status sosial tidak
mengenal batas generasi.
Transformasi melalui bidang pendidikan dan
mendapatkan kedudukan dalam jabatan-jabatan strategis mempunyai arti yang
sanggat penting dalam meningkatkan prestise seseorang. Strata pendidikan dan
jabatan juga sudah disadari orang Maibrat sebagai sebuah kekuatan yang sama
dalam membentuk kelas sosial seseorang.
Kedudukan mereka sudah diketahui dan diakui
oleh masyarakat Maibrat secara umum. Bobot dapat didefinisikan sebagai suatu
lapisan kelas sosial baru yang kedudukannya sama dalam rangkaian kesatuan
status sosial.
Kelas sosial orang Maibrat yang paling
menonjol sekalai adalah kepemimlikan wan, sementara dalam perkembangan mulai
bergeser dengan sebutan bobot yang kalua didefinisikan sebagai orang-orang yang
memiliki strata pendidikan dan ekonomi yang baik.
Berangkat dari diskusi-diskusi di atas
tentang kelas social, bisa dilihat bahwa pada masa lampau orang Maibrat sudah
mengenal klasifikasi kelas sosial yang dalam kehidupan sehari-hari biasa
disebut (1) ra bobot, (2) ra kinyah; (3) ra warok, (4) Sigiah.
Model kelas sosial inilah yang membuat orang
Maibrat memilki perbedaan yang mencolok dengan etnis-etnis lain di wilayah
Papua. (@arkam)
No comments:
Post a Comment