@arkam
Orang Meybrat di pedalaman kelapa burung dalam
peta Papua memiliki tradisi seni tarik suara yang mereka sebut dengan istilah
lokal “BEKLEN” yang dimaikan dengan bunyi
suara mulut yang diperdengarkan pada acara-acar tetentu seperti acara bach atau
pesta.
Orang Meybrat dengan berbagai kompleksitas budaya dan lebih menonjol
serta melekat dalam kehidupan sehari-hari adalah permainan kain timur yang
menguras banyak energi bahkan sampai korban nyawa sampai-sampai kita lupa
melestarikan nyanyian Beklen merupakan sebuah keunikan lain yang dimiliki orang
meybrat yakni nyanyian tradisional mereka yang diciptakan secara spontanitas
sejalan dengan kondisi saat itu memuat pesan-pesan soal yang didalamnya memuat
nasehat-nasehat orang tua tentang bagaimana menjaga dan melestarikan lingkungan
dan alam mereka atau tempat-tempat yang dianggap sebagai rumah tinggal roh-roh
leluhur mereka.
Lagu Beklen dinyayikan pada saat pesta-pesta adat
tertentu saja dan tidak dinyayikan pada tempat-tempat umum dengan sebuah alasan
sederhana yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang Meybrat yang pernah
menamatkan pendidikan tradisional, namun dalam tulisan ini saya mencoba
menjelaskan menurut versi yang mungkin sedikit menjawab mengapa tidak
dinyayikan pada tempat-tempat umum karena kata-perkata dalam syair lagu
mengandung filosofi yang teramat paling dalam bagi orang Meybart.
Sedangkan apabila kita lihat dalam perjalanan
hidup orang Meybart di kampung halaman maupun diperantauwan bahkan terbawa
sampai bidang kerja baik pemerintahan maupun politik selalu lagu beklen menjadi
teman hidup disaat susah maupun senang dengan tanpa sadar nyanyian beklen
memperlengkap warna-warninya hidup orang Meybrat.
Diskusi itu semakin indah apabila dibumbui sedikit
dengan nyanyian beklen dikalau lagi sendirian atau pesta anak kampung dirantau
atau kampung halaman menjadi semakin hidup suasanah itu bila dilengkapi juga
dengan bah (minuman) sebagai alat pembuka lilitan perekat dalam dialog atau
komunikasi orang Meybrat tentang masadepan mereka dengan generasi penerus “ra
mana sau” karena dalam suasana memegang bah (minuman) juga tak luput dibahas
strategi orientasi sosial dan politik mereka kedepan itu akan dibahas, untuk
bisa terlibat dalam percakapan tersebut kita wajib ikut memegang bah (minuman)
karena aturan hukum adat mengharuskan demikian sebagai sebuah syarat utama dan
terutama karena tanpa itu kita tidak bisa ikut terlibat dalam pembicaraan yang
sifatnya strategis dan rahasia tentang orang Meybrat dimasa depan.
Nyanyian beklen juga disuarakan bertepatan saat
mereka toki mayang pohon Enau atau sauger, hal itu dilakukan agar alam juga
ikut menyaksikan dan memberikan air yang banyak pada saat dipasang bambu
sebagai tempat menampung air.
Saya mencoba menulis tema itu sebagai sebuah ajakan agar kita jujur dan
iklas memberikan edukasi kepada generasi-generasi orang Meybrat untuk tidak
sembunyi dan malu menampilkan seni tarik suara orang Meybrat dengan keunikannya
tersendiri untuk lebih dikenal secara global. Elit-elit lokal Meybrat yang
sedang menduduki jabatan-jabatan strategis pada wilayah pemerintahan maupun
politik diharapkan tidak hidup dalam kepalsuan alias malu dicap kurang
pergaulan di era modern. Fenomena itu dikuatirkan akan muncul sebagai energi
negatif dalam membentuk pola-pola pikir elit-elit lokal Meybrat untuk tidak
melestarikan budaya mereka kepada generasi penerus.
Contoh
lain, yang juga mendorong saya untuk menulis tema yang sangat menarik tetapi
kurang mengigit karena anak-anak Meybrat pada masa kini sudah semakin jauh
melupakan seni tradisional mereka yang secara tidak sadar dalam acara-acara
resmi membawakan seni tradisional etnis Papua lain dengan alasan seni mereka
banyak fariasi gerakan sementara seni tradisional orang Meybrat sendiri tidak
banyak menampilkan gerakan-gerakan sesuai perkembangan kekinian. Untuk
menyelesaikan persoalan diatas, dibutuhkan keseriusan elit-elit lokal Meybrat
secara aktif memberikan edukasi keluarga secara kedalam pada generasi-generasi
orang Meybrat untuk selalu mengembangkan dan melestarikan budaya mereka sebagai
sebuah entitas diri di masa depan.(@arkam)
No comments:
Post a Comment