Orang Meybrat di pedalaman kelapa burung dalam
peta Papua memiliki tradisi tarian tradisional yang mereka sebut dengan istilah
lokal “TUMBUH TANAH” yang dimainkan
dengan sistem bergandengan tanggan dengan membentuk sebuah pola lingkaran berbentuk
cincin dengan iringan sebuah musik yang dinyayikan seorang penyanyi tradisional
dengan sistem saling balas-membalas, tarian tersebut ditontonkan pada
acara-acara tertentu seperti pesta suksesi sebuah pemenangan politik, lepas
tahun atau acara resmi lainnya, tarian itu sanggat melegenda di kalangan orang
Meybrat yang tidak mengenal klas karena diterima semuah generasi tua dan mudah.
Orang Meybrat dengan berbagai kompleksitas budaya
dan lebih menonjol serta melekat dalam kehidupan sehari-hari adalah permainan
kain timur yang menguras banyak energi bahkan sampai korban nyawa persoalan itu
membuat sampai-sampai mereka hampir lupa melestarikan tarian tradisional
ataukah mereka hidup dalam kepura-puraan karena rasa malu disebut orang kampung
atau mungkin juga termakan tradisi budayalain yang katanya lebih modetn
dibandingkan dengan tarian tradisional mereka.
Seni tradisional Tumbuh Tanah merupakan sebuah
keunikan lain yang dimiliki orang meybrat, seni tari mereka yang diciptakan
secara spontan dengan memakai pola lingkaran sarang semut dengan lagu-lagu yang
dinyayikan lebih banyak memuat gambaran sosial ekonomi kampung halaman mereka
Meybrat dan lagu pergaulan muda mudi.
Alasan lain, yang membuat saya semakin tertarik
menulis tema yang sangat fenomenal namun kurang mengigit karena hampir sebagian
besar elit-elit lokal Meybrat pada masa kini sudah semakin jauh melupakan entitas
mereka dengan menghadirkan tradisi etnik lain di wilayah kehidupan mereka. Untuk
menyelesaikan persoalan diatas, dibutuhkan keseriusan elit-elit lokal Meybrat
secara aktif memberikan edukasi keluarga secara kedalam pada generasi-generasi
orang Meybrat untuk selalu mengembangkan dan melestarikan budaya mereka sebagai
sebuah entitas diri di masa depan.
Persoalan lain yang masih menjadi dugaan saya
sebagai kunci penghambat melestarikan budaya lokal itu, karena banyak
bermunculan perilaku sosial baru yang terbingkai dalam pola-pola pikir
elit-elit lokal baik di wilayah pemerintahan, politik dan wilayah pemikiran
theologia yang teramat dalam menciptakan pemikiran-pemikiran sosial baru bahwa
kami yang benar mereka itu salah ini mulai dibum-bui dengan pesan-pesan
theologia yang diracik dengan issu-issu yang lagi tren dan disampaikan sebagai
penawar sampai-sampai mereka lupa bahwa tugas mereka bukan sebagai penyambung
lidah Tuhan alias pendeta.
Saya menulis tema tarian tradisional tumbuh tanah
sebagai pesan edukasi kepada generasi-generasi orang Meybrat untuk tidak
bersembunyi dibalik rasa malu, malu untuk menyampaikan pada dunia bahwa kami
orang Meybrat juga mempunyai tarian tradisional yang dalam sebutan lokal Tumbuh
Tanah.
Elit-elit lokal Meybrat yang sedang menduduki jabatan-jabatan strategis
pada wilayah pemerintahan maupun politik diharapkan sekali lagi untuk tidak
hidup dalam kepalsuan alias malu dicap kurang pergaulan di era modern. Fenomena
itu dikuatirkan akan muncul sebagai energi negatif dalam membentuk pola-pola
pikir elit-elit lokal Meybrat untuk tidak melestarikan budaya mereka kepada
generasi penerus.(@arkam)
No comments:
Post a Comment