Monday, April 8, 2019

BERCAKAP-CAKAP TENTANG KEMISKINAN

Hari kemarin sesi planet ini dikejutkan dengan publikasi kemiskinan yang perkembangannya masih memimpin top klasemen di indonesia. Bila dikaitkan dengan begitu banyak sumber daya yang dikerahkan untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan, namun malam juga memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dilatarbelakangi oleh visi tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi khusus sebagai satu-satunya senjata yang paling ampuh untuk menembak kebodohan dan kemiskinan yang masih terlihat sampai hari ini.

Tingginya angka kemiskinan membuat berbagai pihak mulai bertanya-tanya dan menyalahkan satu sama lain sampai-sampai memberikan stigma bahwa kemiskinan itu tidak bisa dikurangi sebab masyarakat malas dan tidak mau berusaha mengelola potensi dirinya sendiri kalau bisa keluar dari belenggu kemiskinan. Sudah begitu banyak program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dijalankan oleh pemerintah daerah dan juga anggaran yang dikeluarkan.

Meminjam catatan pola analisis yang cukup terkenal yakni (Socrates) yang menjelaskan bahwa sesuatu yang tidak diteliti tidak pantas untuk dijalani, pendapat ini diperkuat dengan pendapat (Albert Einstein) yang menjelaskan pengalaman adalah guru yang terbaik untuk masa depan ke titik yang diinginkan. 2 pemikir ini secara umum bisa diartikan dengan pendapat bebas yaitu setiap program pemberdayaan yang dilakukan dengan metode copy paste atau lebih kerennya disebut studi tiru yang dilakukan harus sejalan dengan nilai hidup orang papua.

Sedangkan, bila dilihat lebih jauh lagi tentang kemiskinan yang dikaitkan dengan isu politik khususan yang telah memberi ruang yang seluas-luasnya kepada pimpinan kepala daerah untuk melakukan inovasi inovasi daerah untuk memperbaiki angka kemiskinan, namun kenyataan yang terjadi hampir di seluruh wilayah papua yang kepala daerahnya anak negeri masyarakatnya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Angka kemiskinan masih tinggi karena program-program yang dilakukan oleh pemerintah daerah semuanya berorientasi pada peningkatan pendapatan pada belanja konsumtif, ini bisa dilihat dari rendahnya akumulasi aset masyarakat papua dalam bentuk tabungan uang di bank masih rendah. Bertambahnya aset masyarakat dalam bentuk uang di bank maka dengan sendirinya akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan.

Kemiskinan sudah melahirkan begitu banyak ide dan gagasan dari berbagai kalangan yaitu akademisi, pengamat, politikus serta lembaga swadaya masyarakat pulau memberikan pendapat dengan model-model statistiknya sendiri. Namun sampai hari ini persoalan kemiskinan malam juga terselesaikan atau terurai dengan program atau kegiatan yang ditawarkan kepada pemerintah.

Masalah kemiskinan menjadi sebuah pertanyaan, apakah pendekatan yang kita gunakan sudah berbasis pada pendekatan budaya ataukah kita mereplikasi pendekatan pemberdayaan masyarakat di planet lain untuk dipaksakan diterapkan di tanah papua. Kita semua yang terpanggil untuk melayani masyarakat di tanah ini harus tahu bahwa papua itu punya metode etnografi.

Pendekatan berbasis etnografi itu perlu dilakukan sebab tingkat kemajuan masyarakat pribumi yang berjumlah kurang lebih 250 penjaga tanah papua masih berdiri tidak sama tinggi. Rendahnya tingkat kemajuan ini yang menjadi soal untuk diselesaikan dengan metode pendekatan yang benar. Berkaitan dengan tingkat kemajuan, penulis meminjam catatan (Albert Einstein) yang mengatakan bahwa masalah yang sama diselesaikan dengan metode yang sama jangan pernah mengharapkan hasil yang lebih baik pula.@arkam

No comments:

Post a Comment

MENCARI MAYBRAT

TERSENYUM

Tahun ini awan terlihat gelap dipandang memakai kacamata jiwa, tahun penuh kecemasan, keraguan, kembimbangan, kepedihan yang datang dan per...