KAJIAN
PENGELUARAN DAN PENERIMAAN PUBLIK KABUPATEN MERAUKE
TAHUN 2012
(PENGANGGARAN YANG AKUNTABEL DAN TRANSPARAN)
A. PENDAHULUAN
Kabupaten
Merauke merupakan wilayah yang sangat strategis dalam hal pengembangan sektor
pertanian dan peternakan. Luas lahan yang datar dengan biosifik dan
agroekosistem yang sangat mendukung menjadikan Kabupaten Merauke sebagai
lumbung padi dan ternak sapi potong di Provinsi Papua. Namun demikian tingkat
produktifitas tanaman padi yang dihasilkan selama ini masih dibawah rata-rata
nasional yang akan menyulitkan pemerintah daerah untuk memposisikan Kabupaten
Merauke sebagai lumbung padi nasional.
Laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke terlihat cukup tinggi, akan tetapi dengan
kecenderungan yang melambat dan terus berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi Papua. Adapun beberapa sektor yang menjadi basis perekonomian wilayah
selama ini adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, serta listrik,
gas dan air bersih. Meskipun pertumbuhan ekonominya cukup tinggi ternyata tidak
dibarengi dengan perbaikan distribusi pendapatan. Sehingga kualitas pembangunan
ekonomi yang dicapai selama ini dapat dikatakan rendah. Selain itu, walaupun
kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Merauke tampak lebih baik bila
dibandingkan Provinsi Papua secara keseluruhan, namun, gap IPM antara Kabupaten
Merauke dengan Provinsi Papua semakin lama semakin berkurang setiap tahunnya.
Kecenderungan ini mengindikasikan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten
Merauke masih kalah cepat dibandingkan beberapa daerah lainnya di Provinsi
Papua.
B. PENDAPATAN DAERAH
Sumber
PAD terbesar di kabupaten Merauke berasal dari Hasil pengelolaan kekayaan
daerah terutama berasal dari Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada PT Merpati
Nusantara Airlines. Peranan retribusi daerah terhadap total PAD relatif
lebih baik dibandingkan pajak daerah, dimana
retribusi perijinan tertentu merupakan kontributor terbesar dalam
komposisi retribusi daerah.
Rata-rata
rasio surplus/defisit terhadap PDRB di Kabupaten Merauke bernilai positif dan
besar akan tetapi dengan kecenderungan yang terus menurun. Tingkat diskreasi yang merupakan keleluasaan fiskal kabupaten Merauke dalam
menggunakan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan daerah dan mengupayakan
peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan keleluasaan yang tinggi walau
persentasenya cenderung menurun. Untuk itu, Pemerintah daerah dengan
tingkat diskreasi yang cenderung tinggi, diharapkan dapat lebih mengalokasikan
dana tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang menyentuh ekonomi masyarakat dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, dengan
program-program pengembangan sektor-sektor ekonomi kerakyatan dan merupakan
sektor unggulan wilayah yaitu sektor pertanian, perikanan dan peternakan.
Dengan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat akan berdampak positip pada
penerimaan dari yang bersumber pajak dan retribusi daerah.
C. BELANJA DAERAH
Belanja
daerah kabupaten Merauke mengalami peningkatan
yang berfluktuatif, dan cenderung daya serapnya rendah. Sedangkan
belanja perkapita Kabupaten Merauke
mengalami perkembangan dengan fluktuasi yang cukup tajam, namun secara
rata-rata cenderung tidak banyak mengalami perubahan. Dengan kondisi belanja
seperti ini maka pemerintah daerah sepatutnya meningkatkan daya serap belanja
dan belanja per kapita agar pelayanan pada masyarakat selalu dapat ditingkatkan
setiap tahun.
Belanja
sektor pemerintahan umum masih mendominasi total belanja di kabupaten Merauke,
melebihi belanja pada sektor-sektor kunci yang terkait langsung dengan
kesejahteraan masyarakat yaitu sektor pendidikan dan kesehatan. Oleh karena
sektor pendidikan dan kesehatan sangat terkait erat secara langsung terhadap
kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah daerah perlu memiliki komitmen yang
tinggi setiap tahunnya untuk mengalokasikan minimal belanja pendidikan dan
kesehatan sebesar 20% sebagaimana yang di atur dalam undang-undang.
Untuk
Belanja sektor pertanian, sektor kelautan
dan perikanan dan sektor kehutanan proporsinya menempati posisi terendah di
kabupaten Merauke. Meskipun sektor-sektor tersebut merupakan motor penggerak
perekonomian wilayah.
D. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Proses
perencanaan dan penganggaran di kabupaten Merauke pada hakekatnya sudah
berjalan dengan baik, namun penetapan perundang-undangan perencanaan dan
penganggarannya belum tepat waktu.
Penentuan target anggaran sudah
dilakukan dengan layak dan proses penyusunannya pun cukup realisitis dan dinilai baik,demikian juga
sistim pemantauan dan evaluasi partisipasi yang komprehensif telah berjalan dengan cukup baik.
Pelaksanaan
anggaran di kabupaten Merauke secara keseluruhan sudah berjalan dengan
baik. Penerapan praktik-praktik
manajemen kas yang efektif guna memastikan pengelolaan dana yang efisien dalam
pelayanan sudah berjalan baik dengan sistem pemungutan dan penagihan yang
efisien. Sistem akuntansi yang menjamin terlaksananya akuntansi yang tepat atas
seluruh transaksi keuangan dan menghasilkan laporan keuangan eksternal dan
internal juga sudah dapat diandalkan, wajar, dan tepat waktu. Namun Pengelolaan
yang hati-hati atas pinjaman daerah, investasi daerah, serta kepemilikan dalam
BUMD belum cukup baik pelaksanaannya. Demikian juga upaya peningkatan
keefektifan pengelolaan aset daerah melalui perencanaan dan pengelolaan aset
jangka panjang yang menjamin terciptanya layanan terbaik dalam mendukung
kelancaran aktifitas pemerintahan belum dilakukan dengan baik di kabupaten
Merauke.
Pengawasan
dan Akuntabilitas yang dilakukan di
Kabupaten merauke sudah berjalan dengan cukup baik walaupun SDM yang
berkualifikasi jabatan fungsional
auditor dan yang berlatar belakang akuntansi jumlahnya belum memadai. Temuan
audit internal di kabupaten Merauke selalu segera ditindaklanjuti, namun
untuk audit eksternal guna menjamin efektivitas dan akuntabilitas
pemerintah daerah, belum optimal dilaksanakan
di kabupaten Merauke.
E. SEKTOR SEKTOR STRATEGIS
1. SEKTOR
PENDIDIKAN
Daya
serap belanja di sektor pendidikan masih rendah, sehingga pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat yang terkait dengan pendidikan
belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Salah satu faktor yang menyebabkan
hal ini terjadi karena alokasi belanja di sektor pendidikan selama ini belum
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Selama
ini belanja tak langsung masih mendominasi komposisi belanja di sektor
pendidikan. Adapun jenis belanja tak langsung yang paling besar prorporsinya
adalah belanja pegawai. Menyusul kemudian belanja modal dan belanja
barang/jasa. Terlihat juga daya serap belanja di sektor pendidikan masih
rendah, yang mana hal ini berdampak terhadap kinerja keluaran di sektor
pendidikan. Diantaranya penyerapan
tingkat pendidikan di Kabupaten Merauke cenderung mengalami penurunan,
ketidakmerataan akses masyarakat terhadap pendidikan belum dapat diatasi dengan
baik, dan rasio murid terhadap guru maupun sekolah sampai saat ini belum
mencapai rasiio yang ideal.
2. SEKTOR KESEHATAN
Daya
serap belanja di sektor kesehatan masih rendah, serta alokasi belanja di sektor
kesehatan belum memenuhi ketentuan yang berlaku. Hal ini menyebabkan pelayanan
publik dalam bidang kesehatan belum maksimal dilakukan oleh pemerintah daerah
yang pada akhirnya mengakibatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
menjadi tidak merata, dan pencapaian pemenuhan SPM di bidang kesehatan berjalan
lambat.
Walaupun
belanja di sektor kesehatan terus meningkat, namun jumlah dokter serta
puskesmas yang tersedia belum memenuhi angka ideal untuk dapat melayani
pemenuhan kebutuhan kesehatan dalam masyarakat secara merata. Bahkan
kecenderungan rasio dokter/bidan terhadap penduduk mengalami penurunan, yang
diakibatkan pertambahan jumlah penduduk selalu lebih cepat dibandingkan
pertambahan jumlah dokter dan bidan. Fakta berikutnya, angka kematian bayi di
Kabupaten Merauke masih tinggi, sedangkan angka harapan hidup relatif rendah.
Dua kondisi ini mencerminkan bahwa kualitas pembangunan kesehatan di Kabupaten
Merauke dapat dikatakan masih rendah.
3. SEKTOR
INFRASTRUKTUR
Realisasi belanja
di sektor infrastruktur selalu lebih rendah dibandingkan anggaran atau
perubahan belanja yang ditetapkan, yang menyebabkan daya serap belanja yang
dicapai sektor ini sangat rendah. Adanya realokasi belanja sektoral menyebabkan
alokasi belanja di sektor infrastruktur mengalami penurunan. Belanja langsung
dan tidak langsung sektor infrastruktur cenderung berfluktuasi.
Sarana
dan prasarana transportasi berikutnya yang cukup besar mendorong perekonomian
wilayah selama ini di Kabupaten Merauke adalah transportasi udara, demikian
juga transportasi laut dan sungai merupakan transportasi yang vital dan
menunjang menunjang pembangunan daerah Kabupaten Merauke. Pada transportasi
udara telah tersedia Bandara Mopah yang berkapasitas pesawat besar, sedang dan
kecil yang melayani rute antar provinsi dan antar kabupaten. Sedangkan untuk
transportasi laut dan sungai tersedia pelabuhan yang berkapasitas pelayaran
samudera. Pelayaran perintis dan kontainer.
Kepuasan layanan yang diterima masyarakat terhadap
ketersediaan infrastruktur dasar yang diberikan oleh pemerintah kabupaten dapat
dikatakan mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini karena pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Merauke
mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun dengan tingkat pertumbuhan yang
rendah. Pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten sebagian
besar terkonsentrasi pada beberapa distrik yang jauh terletak di pedalaman.
4. SEKTOR PERTANIAN
Realisasi belanja
pada sektor pertanian (tanaman pangan, peternakan dan perikanan dan
kelautan) setiap tahunnya lebih kecil dari pada anggaran maupun perubahan
belanja yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan daya serap belanja di
sektor-sektor pertanian selalu selalu rendah.
Pertumbuhan realisasi belanja pada sektor ekononomi
pertanian cenderung menurun, sementara laju pertumbuhan penduduk meningkat.
Kondisi ini berdampak pada menurunnya belanja perkapita di sektor pertanian,
yang menggambarkan bahwa perhatian pemerintah kabupaten terhadap pemberdayaan
ekonomi masyarakat masih belum optimal.
Berdasarkan klasifikasi ekonomi, belanja langsung
sangat mendominasi komposisi belanja di
sektor pertanian. Dimana yang paling besar kontribusinya dalam komposisi belanja
langsung adalah belanja modal.
Padi, perikanan laut dan ternak sapi merupakan
komoditi-komoditi unggulan pertanian Kabupaten Merauke dengan tingkat produksi
yang setiap tahunnya bervariasi. Kawasan sentra produksi padi di Kabupaten
Merauke sebagian besar berlokasi di wilayah transmigrasi yang penduduknya
mayoritas non Papua seperti Tanah Miring, Kurik dan Semangga. Selain padi, komoditi tanaman pangan lainnya yang juga besar potensinya
adalah jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Selain pertanian, peternakan
dan perikanan juga merupakan sektor-sektor ekonomi unggulan Kabupaten Merauke.
Andalan komoditi sektor perikanan adalah ikan kakap, ikan bulanak, ikan kuru,
dan udang putih. Sedangkan pada sektor peternakan adalah ternak sapi yang mampu
menghasilkan produktifitas daging sapi di atas produktifitas rata-rata
nasional.
F. ISU-ISU STRATEGIS
1. KEMISKINAN
Merauke
merupakan kabupaten yang paling rendah memiliki jumlah penduduk miskin di
Provinsi Papua, bahkan tingkat kemiskinannya termasuk rendah untuk ukuran
Indonesia. Beberapa distrik di Kabupaten
Merauke yang teridentifikasi paling banyak penduduk miskinnya adalah Distrik
Merauke, Distrik Kimaam dan Tabonji.
Kemiskinan
yang terjadi di Merauke bukan hanya disebabkan faktor struktural saja, namun
juga budaya ekonomi masyarakat yang masih tradisional membuat mereka rentan
terhadap kemiskinan. Terutama sekali pada penduduk asli Merauke yang sebagian
besar hidup di pedalaman yang banyak memiliki keterbatasan-keterbatasan
misalkan keterbatasan akses atau infrastruktur, akses pangan, akses kesehatan,
layanan pendidikan, kesempatan kerja dan berusaha, akses perumahan, akses air
bersih dan sanitasi dan akses aman dan partisipasi.
Keseriusan
pemerintah daerah untuk mengatasi kemiskinan tercermin dengan dibentuknya tim
koordinasi untuk menanggulangi dan mengendalikan jumlah penduduk miskin.
Strategi penanggulangan kemiskinan dilakukan TKPK Kabupaten Merauke sesuai
panduan adalah dengan meningkatkan pendapatan dan sekaligus mengurangi beban
pengeluaran masyarakat miskin terutama
dalam memperoleh pelayanan
dasar.
2. ISU GENDER
Kualitas
kesehatan penduduk perempuan di Kabupaten Merauke terlihat lebih baik
dibandingkan penduduk laki-laki, namun kualitas pendidikannya lebih rendah
dibandingkan penduduk laki-laki. Rendahnya kualitas pendidikan perempuan di
Kabupaten Merauke disebabkan karena rendahnya pemahaman masyarakat tentang
pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan.
Angka
IPM di Kabupaten Merauke cenderung meningkat, namun tidak diikuti dengan angka IPG.
Hal ini menunjukkan bahwa masih upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan
kesetaraan gender di bidang social, politik, ekonomi yang belum tercapai. Angka
IDG Kabupaten Merauke mengalami peningkatan yang disebabkan karena tingginya indikator
pemberdayaan gender yang dapat dicapai.
Isu
gender yang spesifik di Kabupaten Merauke adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT). Kondisi ini terjadi akibat kurangnya pemahaman masyarakat tentang hak
perempuan sebagai individu dan manusia untuk mendapatkan keadilan, terutama
terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga yang lebih banyak dipicu karena
Miras dari kaum laki-laki atau suami.
3. ISU HAIV/AIDS
Jumlah
penduduk di Kabupaten Merauke yang terdeteksi HIV/AIDS kasusnya cenderung
berfluktuasi dan meningkat. Penyumbang terbesar untuk kasus HIV/AIDS di
Kabupaten Merauke jika dilihat dari jenis pekerjaan adalah ibu rumah tangga.
Apabila dilihat berdasarkan usia penduduk, sampai saat ini usia-usia produktif
diantara 14-49 tahun merupakan penduduk yang paling banyak menderita HIV/AIDS.
Satu-satunya
kabupaten di Provinsi Papua, bahkan di Indonesia, yang memulai Perda tentang
penanganan dan penanggulangan AIDs adalah Kabupaten Merauke. Selain melalui
Perda, keberhasilan menangani HIV/AIDS di Kabupaten Merauke juga karena adanya
beberapa program kebijakan yang aplikatif.
4. ISU OTONOMI
KHUSUS
Penerimaan
dana otsus di kabupaten Merauke cenderung berfluktuasi dan berkontribusi sangat
rendah terhadap pendapatan daerah. Kontribusi
dana otsus terhadap total pendapatan daerah sepanjang tahun 2007-2010
cenderung mengalami penurunan, seiring dengan bertambahnya daerah pemekaran
baru di Provinsi Papua.
Alokasi
belanja sektoral yang bersumber dari dana otsus, untuk sektor pendidikan
mengalami peningkatan selama ini. Namun secara rata-rata belum memenuhi amanat
Undang-Undang Otsus Papua. Sedangkan untuk alokasi di sektor kesehatan telah
memenuhi ketentuan minimal Undang-Undang Otsus.
Selain
belum memenuh amanat Otsus, daya serap penggunaan dana Otsus di sektor
pendidikan juga belum maksimal. Selain itu juga belum transparan. Hal ini
menyebabkan rendahnya pelayanan pendidikan dari pemerintah kabupaten untuk
penduduk asli papua di Kabupaten Merauke, dan ketidakpahaman masyarakat
terhadap pengelolaan dana Otsus yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
G. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penerimaan
dana otsus di kabupaten Merauke cenderung berfluktuasi dan berkontribusi sangat
rendah terhadap pendapatan daerah. Kontribusi
dana otsus terhadap total pendapatan daerah sepanjang tahun 2007-2010 cenderung
mengalami penurunan, seiring dengan bertambahnya daerah pemekaran baru di
Provinsi Papua.
Alokasi
belanja sektoral yang bersumber dari dana otsus, untuk sektor pendidikan
mengalami peningkatan selama ini. Namun secara rata-rata belum memenuhi amanat
Undang-Undang Otsus Papua. Sedangkan untuk alokasi di sektor kesehatan telah
memenuhi ketentuan minimal Undang-Undang Otsus.
Selain
belum memenuh amanat Otsus, daya serap penggunaan dana Otsus di sektor
pendidikan juga belum maksimal. Selain itu juga belum transparan. Hal ini
menyebabkan rendahnya pelayanan pendidikan dari pemerintah kabupaten untuk
penduduk asli papua di Kabupaten Merauke, dan ketidakpahaman masyarakat
terhadap pengelolaan dana Otsus yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Upaya
yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu mengoptimalkan pemanfaatan
dana otsus, dengan program-progran kebijakan atau kebijakan yang diperlukan :
(i) peningkatan alokasi belanja yang lebih mengarah pada peningkatan
kesejahteraan baik masyarakat maupun aparat di kampung terutama untuk sektor pendidikan dan kesehatan seperti
penduduk usia sekolah, guru, tenaga medis dengan pemberian fasilitas pendidikan
dan kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas perumahan bagi guru dan tenaga
medis di kampung, (ii) melakukan kajian efektifitas pengelolaan dana otsus di
kabupaten Merauke guna melihat keluaran, hasil dan dampak dari pemanfaatan dana
otsus bagi masyarakat, (iii) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
penggunaan dana otsus, (iv) peningkatan
daya serap dana otsus melalui percepatan tahap-tahap persiapan dalam
melaksanakan penggunaan dana otsus.
(Yundy Hafizrianda, Pusat KEUDA Uncen)
No comments:
Post a Comment