Monday, May 13, 2019

MENERIMA KENYATAAN


Membaca sejarah awal lahirnya demokrasi yang selalu diperdebatkan berbagai kepentingan yang menginginkan organisasi dijalankan sesuai hak warga. Demokrasi dalam pemahaman yang lebih sederhana mungkin bisa juga digambarkan seperti sebuah akuarium yang bisa dilihat dari semua sisi dan dikontrol sepenuhnya oleh warga. Demokrasi ini lahir juga dari pemikiran beberapa orang yang menginginkan pemerintahan dikelola secara bersih, namun di lain pihak ada yang menolak paham demokratis.

Membaca hak warga negara untuk mencalonkan diri dan dicalonkan dalam sebuah suksesi dengan menumpangi partai politik sebagai kendaraan untuk memperjuangkan apa yang menjadi kerinduan para calon untuk mewujudkan keinginan pribadi, kelompok kepentingan atau golongan. Analisis kita terpusat pada kandidat-kandidat yang berasal dari Papua atau lebih populer dibilang orang asli papua (OAP). Perjalanan politik orang asli papua di era kekinian setengah hidup.

Setengah hidup perjalanan politik Orang Asli Papua atau dalam penjelasan yang lain bisa juga disebut prematur karena rentang sekali dimasuki virus. Rentan sekali terhadap virus dikarenakan tingkat kemajuan (pendidikan) kurang baik membuat framework mereka yang tidak pernah memikirkan bahwa keputusan apapun yang diambil selalu satu paket dengan resiko.

Pesta demokrasi yang sudah berlalu namun masih memiliki ekor panjang sampai hari ini, yaitu ketidakpuasan orang asli papua menerima kenyataan dengan rendahnya keterwakilan mereka di parlemen, kekecewaan mereka dilampiaskan dengan pesta adat maupun demonstrasi di beberapa titik di tanah papua maupun diskusi di media online atau kedai kopi terkait hak politik kekhususan.

Gambaran keterwakilan orang asli papua di parlemen yang bila dikaitkan dengan politik kekhususan secarah nyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, bila diukur dengan keterwakilan kursi di parlemen menggelitik penulis untuk memberi simpulan bahwa rendahnya keterwakilan merupakan hutang yang harus dibayar karena perilaku orang asli papua tidak pernah mau sadar cara hidupnya yang seperti benalu hutan. 

Rendahnya tingkat kemajuan membuat proses pengambilan keputusan kurang mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebab setiap keputusan biasanya satu paket dengan resiko. Resiko merupakan elemen kunci yang sudah dipersiapkan secara matang dalam menerima kekalahan walaupun itu menyakitkan.@arkam

No comments:

Post a Comment

MENCARI MAYBRAT

TERSENYUM

Tahun ini awan terlihat gelap dipandang memakai kacamata jiwa, tahun penuh kecemasan, keraguan, kembimbangan, kepedihan yang datang dan per...