Issu
yang dilemparkan atau pertanyaan yang dilemparkan adalah Mengapa tanah
papua hanya bisa menyumbangkan empat club untuk liga teratas di
Indonesia sebut saja PERSIPURA dan PERSERU bermain di liga 1 sementara
YAHUKIMO FC & PSB BIAK bermain di liga 2. Informasi ini menimbulkan
pertanyaan lanjutan untuk di analisis adalah siapa yang perlu
disalahkan?.
Informasi yang diungkapkan di atas, sudah sedikit
memberikan simpulan bahwa pemerintah daerah di seantero wilayah Papua
tidak begitu serius menata dan mengelola olah raga yang banyak digemari
warga ini sebagai peluang daerah untuk melahirkan sumber pedapatan baru
pada daerah.
Begitu menjamurnya sekolah sepak bola yang dikelola
secara swadaya sampai yang dikelola pemerintah daerah mau di salurkan
kemana ketika anak-anak tersebut sudah matang, mari kita lihat pulau
jawa timur, dimana kelebihan mereka dibandingkan dengan tanah Papua.
Informasi ini coba dihadirkan sebagai menu sarapan bagi para pengiat
olah raga yang cukup mendunia ini, bila dilihat kembali zaman
perserikatan ada beberapa club di Papua yang memiliki nama besar sebut
saja PERSEMAN MANOKWARI, PERSIS SORONG, PERSIMER MERAUKE, PERSIFA
FAK-FAK, PSB BIAK, PERSIDAFON dan PERSIPURA JAYAPURA. PERSINAB NABIRE.
Berangkat dari informasi ini bisa juga memberikan simpulan bahwa
PERIPURA memiliki nama besar itu semua karena ada sering sumber daya
atau lebih tepatnya kolaborasi kekuatan tanah Papua untuk berlomba
dengan kawan-kawan di pulau yang nunjauh di ambon, sulawesi, jawa,
sumatra, kalimatan dan balik karena spirit yang diperjuangan hanya harga
diri dan martabat orang Papua.
Kita punya perusahaan gas di
Bintuni, Pabrik Semen di Manokwari dan beberapa perusahaan besar lainnya
serta ditambahkan dengan pengusaha-pengusaha lokal Papua sebenarnya
sudah bisa membantu dengn cara PERTAMA pemerintah daerah perlu membangun
atau menyusun strategi dengan membuat program kerja yang jelas disertai
dengan ukuran-ukuran yang jelas pula, maka sponsor atau uang akan
datang sendiri; KEDUA, pemerintah daerah perlu sekali menyiapkan lahan
untuk pembangunan stadion sepak bola.
KETIGA, pemerintah daerah
harus menempatkan posisi sebagai seorang tenaga penjual untuk bagaimana
menjual daerah ini kepada investor untuk masuk menanam modalnya pada
sektor-sektor yang menjadi keunggulan daerah masing-masing. misalnya
fokus kita para wisata berarti semua sumber daya digerakan untuk memberi
rasa aman bagi mereka yang mau berinvestasi di sektor ini.
Persoalan lain yang menarik untuk di lakukan analisis adalah posisi
pemerintah daerah dimana ketika lapangan sepak bola mulai digugat
pemilik hak ulayat, lapangan sepak bola ditanam pohon tembok, lapangan
sepak bola dijadikan black market, lapangan sepak bola dijadikan tempat
pembuangan akhir sampah dan masih banyak dialih fungsikan.
Sepak
bola mulai menjadi barang mahal sebab harus main ditanah lapang atau
bermain di atas trotoar jalan seperti kata IWAN FLAS sebab yang gratis
hanya ada dijalanan. dimana dan kemana para pemimpin harus memecahkan
soal ini, sebab sudah semakin besar benjolannya yang siap-siap
memuntahkan aroma tak sedap pada manajemen tata kelola sepak bola papua.
Apa pendapat kamu..........?
No comments:
Post a Comment