Memahami Bo : Benda Atau Barang Untuk Menyebut Kain
Penelitian-penelitian
antropolog tentang orang Meybrat ditemukan istilah lokal yang khusus untuk kain
timur orang Meybrat hanya mengenal istilah Bo
yang berarti benda atau barang untuk
menyebut kain timur. Tidak ada istilah yang menjadi dasar untuk menentukan
pengklafisikasian yang sangat luas terhadap kain timur. Menurut Penelitian
antropolog memberikan informasi orang Meybrat mengklasifikasikan jenis-jenis
kain timur kedalam 12 klas dan 150 sub-klas masing-masing dengan nama dan
artinya sendiri-sendiri.
Nilai kain
timur atau Bo pada masa lampau
berperan strategis sebagai alat bayar atau tukar atau mempunyai fungsi uang
bagi orang Meybrat sendiri, disamping fungsi di atas kain timur juga
menggandung kekuatan sakral, kekuatan sakral itu dapat berpindah kedalaman diri
pemilik, saudara kerabat, tanah, ladang-ladang pemilik kain timur. Ada
keyakinan lain menyebutkan kekuatan sakti kain timur dapat mendatangkan
kesehatan dan kesejahteraan sosial bagi pemilik kain timur. Kegunaan inilah
yang menyebabkan kain timur menduduki tempat yang paling penting dalam
kehidupan orang Meybrat. Ini bisa juga dijumpai pada bermacam-macam mite yang menceritakan asal-usul kain
timur dalam kebudayaan orang Meybrat.
Mite menjelaskan tentang
kepercayaan klien tertentu orang Meybrat, misalnya menyebutkan kain timur ini
diberikan melalui mahluk halus atau roh yang mendiami tempat-tempat tertentu
kepada nenek moyang pada waktu lampau, ada mite
lain yang menyebutkan kain timur dibawah burung taun-taun yang merupakan
jelmaan nenek moyang klien. Disamping itu ada mite klien lain lagi menceritakan bahwa kain timur berasal dari
dalam tanah, dipancing dari sungai atau ditemukan dalam lubang kayu.
Bo alat tukar orang Meybrat
dikenal pada waktu lampauw sebelum masuknya kain timur kedalam kebudayaan orang
Meybrat. Bahan baku yang digunakan membuat Bo
diambil dari kulit pohon genemo dan juga bahan baku yang sama dibuat kantong
atau noken yang pada masa itu sudah dikenal sebagai tempat menyimpan barang
serta batang pohon genemo dibuat bermacam-macam alat berburu. Orang Meybrat
percaya bahwa pohon genemo merupakan rumah tempat tinggal roh-roh yang telah
meninggal dunia. Kepercayaan ini bisa juga dilihat pada rumah upacara pesta
tukar menukar kain timur selalu dibangun di pingir sebuah pohon genemo.
Bo yang terbuat dari kulit
kayu pohon genemo itu dianggap suci dan oleh karena itu mempunyai peranan
sebagai pemimpin bagi manusia Meybrat dalam siklus hidupnya, mulai dari lahir
sampai mati.
Berangkat
dari tehnologi yang digunakan masih teramat tradisional dalam perkembangannya Bo yang dibuat dari kulit kayu pohon
genemo diambil alih oleh kain ikat yang disebut kain timur, suatu produk yang
berasal dari luar Meybrat. Hal ini dipengaruhi dari sisi ukuran dan daya tahannya
lebih lama dan kadang-kadang dalam proses pembayaran maskawin pada masa itu
babi dan budak juga diterima sebagai pengganti seorang saudara perempuan yang
kawin di tempat lain.
Melalui impor
yang terus menerus berabat-abat lamanya hingga perang dunia II menyebabkan
jumlah kain timur meningkat melalui pemakaiannya yang lama-lama bersama-sama
dengan benda-benda pantai lainnya menyebabkan sistem harta maskawin melembaga
dalam sistem perkawinan tukar menukar saudara perempuan dalam kenyataan kain
timur menjadi harta maskawin yang lebih penting diantara benda-benda lain. Hal
ini dapat dilukiskan oleh catatan hukum adat yang menyebutkan bahwa “Pada masa lalu serang laki-laki Meybrat yang
tidak mempunyai saudara perempuan tidak dapat kawin”, cacatan hukum adat
tersebut dalam perkembangan saat ini seharusnya di patuhi “seorang laki-laki Meybrat yang tidak mempunyai kain timur tidak dapat
kawin dengan wanita Meybrat”
Pada mulanya kain timur digunakan untuk pembayaran
maskawin tetapi kemudian menjadi alat pembayaran pada umumnya. Seperti
digunakan untuk membeli obat suanggi, dipakai untuk mengongkosin pelaksanaan
upacara inisiasi, menyewa seseorang untuk menculik atau membunuh orang lain.
Fenomena ini menjelaskan bahwa kain timur mempunyai nilai ekonomis dengan
melalui nilai khusus inilah yang membuat peningkatan pengawasan para bobot terhadap kain timur yang
menyebabkan kain timur menjadi sangat penting dalam kedudukan orang Meybrat.
Dalam mengklasifikasikan kain timur orang Meybrat
menggunakan beberapa cara yang disesuaikan dengan nilai guna kain timur dalam
transaksi. Pertama adalah golongan menurut penggunaanya dalam transaksi yaitu
kain timur yang diberikan suatu pihak kepada pihak lain tanpa mengharapkan akan
menerima kembali kain timur dari pihak pertama. Kategori ini biasanya dinamakan
“kasih
mati” artinya hilang dari si pemilik sejak digunakan sebagai alat tukar
atau alat bayar kategori ini termasuk jenis kain timur yang digunakan untuk
membayar maskawin (harta) untuk
menukar hasil kebun, menukar ikan, membayar tanah, membayar dukun.
Jenis kain timur lain yang biasa disebut kain timur
transaksi adalah membedakan menurut kategori profan atau sakral, kain
timur yang dikategorikan atau digolongkan kedalam kategori sakral di sebut wan atau kain pusaka .Wan hanya
dipakai sebagai alat pembayaran tengkorak kepala seorang kerabat yang telah
meninggal dunia. Biasanya tiap wan mempunyai cerita tentang asal usulnya.
Penelitian-Penelitian Antropolog tentang orang Meybrat
menjelaskan bahwa perbedaan antara sakral
dan profan itu ada beberapa pendapat
menyebutkan bahwa jenis kain timur pertama yang sakral berasal dari daerah timur kepala burung yaitu dari hulu
sungai kamundan. Penduduk sungai kamundan mendapatkan kain timur dari pedagang
asal seram yang melakukan perdagangan dengan kerajaan Patipi dan Rumbati dari
semenanjung Onim yang berkuasa di daerah pantai barat Teluk Berau. Penduduk
sungai kamundan itu kemudian membawah kain timur ke daerah Meybrat untuk
ditukarkan dengan makanan. Jenis-jenis kain timur yang masuk kedaerah Meybrat
melalui arah sungai kamundan inilah yang dianggap sakral.
Ada pendapat lain yang berbeda tentang sifat sakral dari
kain timur bukan terletak pada masalah tempat asal usulnya atau riwayat
asalnya, melainkan terletak pada cara atau keadaan dimana kain timur mengakhiri
fungsinya : sistem pemujaan roh nenek moyang pada orang Meybrat, atas dasar
sistem pemujaan tersebut maka menurut cacatan antropolog memberikan arti bahwa
menurut tradisi dalam sistem pemujaan roh nenek moyang pada orang Meybat
dinyatakan hanya melalui hal-hal yang ditinggalkan oleh para moyang dan yang
tidak pernah hilang ialah tanah (tempat tinggal berburu dan berkebun) dan air
(perairan danau, tempat menangkap ikan).
Dengan demikin tanah dan air diwariskan kepada keturunan
penduduk pertama yang mendiami tempat tertentu (dusun) tanah dan air merupakan
pusaka dengan pemahaman lain pusaka sudah memainkan peranan penting dalam
sistem pemujaan roh nenek moyang pada orang Meybrat sebelum masuknya kain
timur. Hal inilah yang menurut antropolog kain timur yang dibedaka dalam
kategori sakral atau pusaka dapat dilihat sebagai variabel
baru dari sistem yang sudah ada. Melalui kain pusaka inilah nenek moyang tetap
mewujudkan kehendaknya atas orang yang masih hidup dan oleh karena itulah kain
pusaka dianggap keramat.
Jenis kain timur yang lain adalah kain timur yang digolongkan
ke dalam kategori Profan di sebut Bo . menurut orang Meybrat jenis ini
berasal dari daerah asing yang tidak dikenal. Jenis kain timur Profan digunakan terutama untuk membayar
maskawin dan sebagainya atau sebagai alat tukar atau bayar pada umumnya. Jenis Profan disebut orang Meybrat dengan nama
“ru-ra” yang berarti burung manusia, sebab harus
terus terbang dan membuat keuntungan dan kadang-kadang disebut juga sebagai
kain berjalan.
Cara lain yang juga digunakan orang Meybrat untuk
menggolongkan kain timur adalah menurut ukuran besar kecil. Ada 3 (tiga) jenis
yang berdasarkan kategori ini yaitu : (1) yang dinamakan wan ialah kain timur yang berukuran 2 x 2 m. Menurut orang Meybrat
jenis inilah yang merupakan kepala kunci atau yang paling berharga dari jenis
lain; (2) jenis yang berukuran lebih kecil, masing-masing berukuran 1 x 1 m dan
60 x 40 cm.
Para ahli
antropologi tentang orang Meybrat menyatakan bahwa kain timur merupakan fokus
kebudayaan orang Meybrat. Pernyataan demikian adalah benar sebab kompleks kain
timur memainkan peranan penting di dalam berbagai aspek, misalnya adalah
aktivitas perekonomian, di dalam institusi perkawinan, di dalam upacara-upacara
religius dan di dalam kehidupan politik.
Pada mulanya
orang Meybrat hanya mengenal bo
(barang atau benda) yang berbentuk kain terbuat dari kulit kayu genemon (genemon tree). Kedudukan bo yang dibuat dari kulit kayu itu
kemudian diambil alih oleh jenis bo
yang baru itu disebut kain timur. Tidak diketahui dengan pasti kapan kain timur
masuk ke daerah Meybrat di Kepala Burung. Catatan Antropologi tentang orang
Meybrat menjelaskan bahwa penggunaan kain timur di daerah Meybrat dapat
ditaksir kembali sejauh delapan generasi atau kurang lebih 450 tahun yang lalu.
Dengan demikian penggunaan kain timur di Kepala Burung pada umumnya di daerah
Meybrat pada khususnya diperkirakan mulai terjadi sekitar tahun 1520 AD (Kamma
1970).
Masuknya kain
timur ke daerah Kepala Burung dan pantai barat Irian Jaya kita telusuri lewat
catatan-catatan sejarah dari Pires dan Haga seperti berikut : “Pada awal abad
ke-16 Pati Cucuf (Pati Usuf), Raja Grise (Gresik) di pantai utara Pulau Jawa,
melakukan perdagangan dengan Kepulauan Maluku dan Banda dengan menggunakan
kapal-kapalnya sendiri. Rute perjalanan kapal-kapal Pati Usuf ke Kepulauan
Maluku dan Banda itu melewati Pulau-Pulau Bali, Lombok, Sumba dan Bima dari
pulau-pulau ini para pedagang Gresik membeli kain-kain yang berkualitet kurang
baik-bila dibandingkan dengan kain patola yang berasal dari Guyarat, India,
yang diperdagangkan di Jawa, untuk kemudian dijual di Banda dan kadang-kadang
di Kepulauan Kei, Aru dan Seram (Pires 1944; Schrieke 1925).
Selanjutnya Banda memperdagangkan kain yang berkualitet kurang baik itu
untuk memperoleh budak, sagu dan kulit massoi dari Ambon, Ternate, Kei, Aru dan
Seram. Dari Seram kain-kain tersebut dijual kepada penduduk pantai Kepala
Burung Irian Jaya. Melalui penduduk pantai inilah kain tersebut masuk ke daerah
pedalaman Kepala Burung. Menurut Elmberg penduduk pantai membawa kain ke daerah
Meybrat untuk menukarkannya dengan budak. Di samping itu kain yang berasal dari
luar itu di bawah ke daerah Meybrat oleh para pemburu burung cenderawasih Kain
timur berasal dari luar inilah yang kemudian terkenal di daerah Meybrat dengan
nama kain timur Haga 1884, Elmberg 1955 (dalam Mansoben JR, 1995).
(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)
(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)
No comments:
Post a Comment