PAPUA MISKIN SECARA
SUBTANSIAL
Ketika pemerintah minta
setiap warga Negara berhemat, agar bangsa ini tak mengalami krisis, mau naik
gaji tentuh aneh. Apalagi usulan itu dari anggota DPR. Rakyat disuruh berhemat,
tetapi wakilnya naik gaji.
Permintaan
anggota DPR merupakan cermin dari praktik ketidak adilan di Indonesia. Di mana
rakyat sedang kesulitan, wakil rakyat berteriak gajinya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhannya. Tentu tidak cukup kebutuhan yang mereka penuhi diluar
kewajaran, meminjam pandangan analis mencontohkan gaji para guru dan dosen yang
besarnya jauh dibawah anggota DPR . mereka tetap bisa hidup wajar, tidak
berteriak kekurangan, dan tetapi bekerja sepenuh hati.
Himbauan
pada anggota DPR yang tidak setuju usulan kenaikan gaji melakukan control
internal, bukan masalah membiarkan ketidak wajaran itu terjadi.
Kelas sosial
berubah
Pengamat
psikolog menatakan, anggota DPR merasa gajinya kurang karena mereka tak bisa
kelola dengan baik. Itu mengakibatkan mereka merasa gaji kurang terus.
Menjadi
anggota DPR menyebabkan kelas social seseorang berubah. Perubahan kelas social
secara mendadak dan signifikan mengubah gaya
hidup orang itu. Konsekuensinya, biaya gaya
hidup mereka menjadi mahal.
Saat
pertama merasakan perubahan itu, gaji besar dan fasilitas memadai, mereka
merasa perubahan itu sangat besar. Namun perubahan itu terasa sementara saja
kerena gaya
hidup mereka langsung menyesusikan.
Apalagi
jika anggota DPR hidup dalam kalangan masyarakat komsumtif, di mana penampilan
menjadi penting, semua harus tampak bagus dari luar, soal bagaimana di dalam
menjadi hal lain.
Begitu
juga yang terjadi pada sebagian anggota DPR. Lihat saja, mereka memakai cincin
dengan batu permata yang besar, baju bermerek, telepon genggam seri terkini,
sementara waktu siding mereka terkatuk-kantuk di ruangan.
Ada
pula kecenderungan dalam masyarakat-ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut-bila seseorang “naik ketempat” yang lebih tinggi, dia merasa ada
tanggung jawab harus “menaikan” keluarga besarnya juga.
Semua
yang mereka dapatkan tidak hanya dirasakan keluarga inti, tetapi juga keluarga
besar, termasuk partai asalnya. Hal berpotensi memunculkan korupsi,.
Pengakuan
analis mengakui setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun,
sebagai manusia dewasa. Seharusnya tak lagi terpana pada materi seperti rasa
sayang, percaya diri, dan aktualisasi diri.
(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)
No comments:
Post a Comment