GAYA KEPEMIMPINAN
“Ia memiliki keyakinan yang kuat akan pemeliharaan Ilahi
dan akan perlunya pengumpulan informasi, membuat
pilihan yang baik, melaksanakan sebaik mungkin, dan mempercayakan hasilnya kepada Allah. Itu merupakankeyakinan pribadi yang ada dalam dirinya.”
Dr. Arkam
Pengajar & Periset Teori Organisasi
Disaman
yang modern ini, harus kita akui bahwa jurang pemisah antara kemampuan
pimpinan dengan kemampuan bawahan menjadi sangat lebar, artinya dari
kenyataan yang kita lihat yang memiliki kemampuan baik bertanbah baik
dan yang tidak memiliki kemampuan baik bertambah lemah. Pandangan
pimpinan hanya tertuju pada keindahan dan kemerlapannya duni ini, ingin
punya materi yang lebih, asalkan diperoleh dengan cara-cara yang
halal. Sedangkan bagi bawahan rendahan demi sesuap nasi harus dituntut
bekerja keras Ia ingin punya materi yang lebih namun terbatas kemampuan
mengakses keinginan mereka serta bekerja di bawah tekanan pimpinan,
pernahkah kita sekejab saja memikirkan nasib mereka?.
Memang
untuk bisa merasakan penderitaan bawahan, diperlukan punya gaya
manajemen yang tepat terhadap kesesuaian gaya dalam melihat keinginan
bawahan. Gaya seorang pimpinan sangat penting, sebab lebih dari apa pun
juga, hal ini menentukan apakah ia akan mengendalikan suatu
peristiwa-atau apakah peristiwa itu yang akan mengendalikannya. Model
ini merupakan gaya yang masih jarang di gunakan seorang pimpinan untuk
memilah-milah sejumlah gagasan yang bersaing untuk menyusun agenda
mereka. Ini merupakan pola yang dipakai Berth Kambuay adalam melihat
krisis-krisis kepercayaan masyarakat kampus terhadap setiap kebijakan
yang dibuat. Gaya manajemen ini membentuk sinergis dengan para pegawai,
dan akhirnya menentukan bagaimana sang pimpinan menyelesaikan stres
bawahan yang menekan dari gaya manajemen yang tidak tepat itu.
Gaya Manajemen Yang Tepat. Berth
Kambuaya tidak ragu lagi memiliki gaya manajemen, tidak seperti
pemimpin pendahulunya, gayanya bukan dibangun diatas intelek yang
tinggi, dan tidak seperti gaya lain yang dibangun di atas tekanan
pribadi yang berkesinambungan. Gayanya sama ramah dengan filsafat tangan
kiri dengan pedekatan kekeluargaan, tetapi juga mengandung unsur-unsur
yang mengejutkan yang terlihat dalam gaya cerdas yang dibawah ke dalam
membangun Organisasi. Membongkar manajemen Universitas untuk menemukan
gaya itu membutuhkan upaya, sebab apa yang kita lihat dan rasakan
sering tidak cocok dengan cara bagaimana Berth Kambuaya bekerja di ruang
rektorat. Hal ini membutuhka pemahaman tentang akar persoalan dan
dengan cara bagaimana semuanya ini membentuk pendekatannya terhadap
tugas.
Bagaimanapun juga, sama seperti hal lainnya, Berth
Kambuaya merupakan prototip eksekutif yang mengambil alih organisasi ini
sesuai dengan ketrampilan-Nya. Meminjam pandangan analis Henry Mintsberg dan Joseph Lampel,
dua orang pakar manajemen yang telah mempelajari CEO menemukan
kegagalan, mengingatkan bahwa mereka cenderung mengalami hal itu karena
beberapa hal yang sama : Mereka menjalankan bisnis sesuai dengan sebuah
rumus, tanpa mengindahkan orang-orang yang terlibat atau dimamika
organisasi yang bersangkutan. Lalu bagaimana dengan seorang pimpinan,
terutama yang tidak memiliki pengalaman penting dengan problema-problema
politik domestik yang begitu banyak dan sedikit pengalaman dalam
persoalan nasional, yang bekerja berdasarkan memo singkat, mencapai
penilaian yang tajam, dan menyusun semuanya ini dalam pernyataan seperti
misalnya “Dicari : Hidup atau Mati ?
Sebagian
dari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang keras tadi tumbuh dari
garis keturunannya. Berth Kambuaya adalah pemimpin abad 21 verisi lokal
dan juga membawa pengalaman politik tradisional Meibrat serta jabatannya
sebagai komisaris utama Bank Papua yang sukses. Bersama-sama semua
unsur ini membentuk gaya tersendiri yang membentuk kepemimpinannya.
No comments:
Post a Comment