Monday, November 11, 2013

ANALISIS PERGESERAN EKONOMI DUNIA SEBUAH PENDIDIKAN PUBLIK



ANALISIS PERGESERAN EKONOMI DUNIA SEBUAH PENDIDIKAN PUBLIK
  

Negara ini tidak puas dengan kemenangan yang diperolehnya. Puas bahwa rumahnya sebelah dalam lebih kurang sudah tertib, Indonesia sekarang mengalihkan perhatiannya ke luar. Di dorong oleh Jefrrey Sachs membuat kagum pemerintah (bangsa) Indonesia. Ia amat cerdik pandai mencari peluang-peluang baru, khususnya di Indonesia.

Banyak yang mengalami “demam pembangunan abad milenium” menarik dicermati pemerintah Indonesia menyatakan, Indonesia tidak akan meminta penghapusan utang, tetapi akan menjajaki konvensi utang sehingga Indonesia bisa mencapai Tujuan Milenium dengan alternatif pembiayaan yang lain.

Para pemimpin bangsa juga sibuk melakukan pendekatan yang agresif dan memandang keluar terhadap bisnis yang amat cerdik pandai ini, sekarang dicakup oleh pergeseran pusat ekonomi dunia bergeser dari Mediterranean ke Atlantik. Sekarang ini, pusat ekonomi bergeser dari Atlantik ke Pasifik.


KAWASAN ASIA PASIFIK – BANGKITNYA PUTRA TATANAN GLOBAL BARU
Tiga pertimbangan paling penting yang membentuk tatanan globalisasi yang baru adalah (1). Kejatuhan komunis di seluruh dunia, 2). Revolusi telekomunikasi, (3). Bangkitnya kawasan asia pasifik.

Asia dengan daya belanjanya, penyebaran teknologi baru, sumber daya modal yang berkembang, dan kenaikan dalam perdagangan di asia tengah mencapai masa kritis yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pengaruh ekonomi yang menopang diri sendiri.


ASIA PASIFIK DITAKDIRKAN UNTUK MEMIMPIN EKONOMI GLOBAL MENUJU ABAD BERIKUTNYA

Walaupun eropa asik sendiri dengan pasar tunggalnya, dan Amerika Serikat asyik memikirkan Eropa, tindakan ekonomi yang sebenarnya telah beralih kekawasan Asia Pasifik.

Tetapi Asia Pasifik - yang berbatasan dengan Tokyo, Shanghai, Hongkong, dan Singapura-mengambil alih dari Atlantik yang sebelumnya dominan-dengan budaya industri New York-Paris-Londonnya. Lima ratus tahun yang lalu pusat ekonomi dunia bergeser dari Mediterranean ke Atlantik. Sekarang ini, pusat ekonomi ini bergeser dari Atlantik ke pasifik.

Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa adalah ekonomi-ekonomi yang sudah matang dengan laju pertumbuhan sedang. Kekuatan manufaktur Asia menjadikannya sebuah pasar yang booming, dan sektor konsumennya, dibandingkan dengan Amerika Serikat dan ME, baru saja membuka diri.
Konsumen baja di Asia (di luar Jepang) sudah lebih besar dari pada di Amerika Serikat atau ME.

Permintaan semikonduktor di Asia Pasifik melebihi permintaan ME. Lalu lintas peti kemas dan pengangkutan udara di Asia sudah melebihi lalu lintas di Amerika Serikat atau ME.

Asia sudah menguasai 25 persen pasar PC dunia. Asia Pasifik mungkin akan berkembang dengan lebih dari $5 triliun pada tahun 2004, lebih dari sepertiga pertumbuhan yang diramalkan untuk seluruh dunia.

Walaupun Jepang adalah pemimpin yang tidak diragukan lagi kawasan tersebut sekarang ini, bagian selebihnya dari kawasan Asia Timur – Cina, Taiwan, Hongkon, Singapura, dan Korea-akhirnya akan mendominasi, dengan dukungan yang kuat dari Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Keempat macan sekarang merupakan 35 persen dari semua investasi asing di negara-negara itu : lebih besar daripada Jepang, Amerika, atau Eropa. Negara-negara yang telah makmur melakukan investasi kembali di daerah pertumbuhan besar berikutnya. Deretan tingkat yang baru membiayai deret tingkat yang berikutnya.

Pertumbuhan di kawasan Asia Pasifik sedekat yang dapat kita capai untuk sebuah contoh mengenai paradoks global-semakin besar ekonomi dunia, semakin kuat para pemain terkecilnya. Tidak hanya negara yang lebih makmur, tetapi juga seluruh kawasan tersebut para wirausaha mendorong ekonomi negara mereka sendiri dan juga ekonomi kawawasan tersebut selebihnya.

Seperti disebutkan di dalam bab sebelumnya, ada sekitar 55 juta orang cina yang hidup diluar RRC. Secara harfiah jutaan dari mereka telah menjadi wirausaha yang berhasil di tempat negara tempat mereka tinggal, dari sekarang sedang melakukan investasi kembali ke Cina dan tempat lain, menyebarkan baik kekayaan mereka maupun keahlian wirausaha mereka. Di Indonesia, kelompok salim milik Liem Sioe Lion – konglomerat bisnis multinasional yang dimiliki oleh sebuah keluarga Cina-saja diperkirakan memiliki kekayaan 5 persen dari GDP Indonesia. Keluarga-keluarga Cina lain menjalankan 17 dari 25 konglomerat terbesar Indonesia. Keluarga bisnis Cina-Thailand telah mendominasi ekonomi Thailand selama beberapa dasawarsa, seperti halnya keluarga Cina-Malaysia. DI Singapur, etnis Cina merupakan mayoritas dari populasi dan memegang mayoritas kekayaan keluarga.

PERANAN BARU UNTUK ASIA
Dewasa ini, negara-negara Asia Pasifik bergegas ke arah peranan yang baru sepenuhnya di dalam kelompok negara-negara tersebut, dan negara-negara lain akan diharuskan memberikan tempat bagi Asia di pentas pusat. Termasuk Jepang, keluaran ekonomi Asia dapat menyusul keluaran ekonomi Amerika Utara pada tahun 1996, menurut David O’Rear, konsultan seior dan ekonomi regional pada Economist Intelligence Unit di Hongkong. Jika Jepang tidak dimasukan, O’Rear mengantisipasi bahwa Asia akan menyusul Amerika Utara pada tahun 2018 dan Masyarakat Eropa pada tahun 2022. Gus Hooke, seorang ekonom Australia, yakin, Asia, tanpa Jepang, akan menguasai 57 persen dari ekonomi dunia pada tahun 2050. Ke-24 negara OECD, termasuk Amerika Serikat, Jepang dan sebagian besar Eropa, akan menguasai hanya 12 persen. Pada tahun 1990, negara-negara OECD menguasai 74 persen dari ekonomi dunia, Asia hanya 9 persen.

Walaupun ada suara meninggi dan peringatan menakutkan yang dikeluarkan oleh Konggres AS, dan campuran badan-badan pemerintah Eropa, tidak ada bahaya langsung blok ekonomi Asia berubah menjadi klub yang lapar kekuasaan. Masing-masing negara masih memiliki terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam membuat rumah ekonominya sendiri tertib, dan ada terlalu banyak persoalan politik yang tersisa di antara mereka yang masih harus dipecahkan.

Walaupun tidak mungkin bahwa negara-negara Asia yang pragmatis akan membahayakan hubungan global yang dimenangkan dengan sulit dengan mengancam melaksanakan aliansi perdagangan yang bersekutu secara regional, sekarang sedang muncul raksasa ekonomi yang akan memegang kekuasaan atas pasar dunia dengan memanfaatkan ukurannya dan kecerdikan kewirausahaanya.

Di luar ekonomi, Asia belum mengetahui apa peran yang baru, lebih besar, dan lebih penting yang harus dimainkannya di dunia. Bagian selebihnya juga belum mengetahui apa peran Asia itu seharusnya. Kevakuman tersebut memiliki peluang yang sangat potensial.

Ada peluang bagi Asia untuk membantu secara mendalam membentuk tatanan global yang baru, untuk menegaskan kepemimpinan. Akan tetapi negara-negara Asia Pasifik – yang sekarang merupakan kekuatan penggerak ekonomi global-harus mempunyai visi tentang apa peran mereka di dalam tatanan global yang baru itu seharusnya dan secara ekonomi tentang bagaimana mewujudkan visi tersebut, masih beberapa tahun lagi.

(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)

No comments:

Post a Comment

MENCARI MAYBRAT

TERSENYUM

Tahun ini awan terlihat gelap dipandang memakai kacamata jiwa, tahun penuh kecemasan, keraguan, kembimbangan, kepedihan yang datang dan per...