PAPUA NAMAMU TAK SEINDAH NASIB MU
Berbagai
kebijakan dan regulasi untuk memperbaiki kualitas hidup warga Papua digulirkan
orang-orang nasionalis yang berkepentingan pada peta Indonesia
menyikapi hasil audit warga Papua selama berintegrasi dengan Indonesia, mulai dari bongkar
pasang undang-undang, deregulasi pendidikan, sampai dengan upaya peningkatan
anggaran pengembangan warga Papua. Namun cita-cita orang-orang nasionalis Indonesia
untuk mendongkrak percepatan pembangunan di kawasan negeri 1001 keajaiban dunia
ini masih jauh dari harapan.
Tengoklah
betapa terpuruknya berbagai kebijakan pemerintah di ranah Papua ini yang
membuat warga Papua lamban dalam membangun daerahnya. Setelah pemberlakuan
otonomi khusus, orang Papua tidak mencoba mencari akar tradisinya dan menjawab
tantangan modernisasi dengan menyandarkan diri pada akar tradisi. Apa yang
dilakukan tidak cerdas yaitu bergegas mengadopsi model pembangunan daerah yang
berasal dari luar Papua.
Meminjam
pandangan analis menjelaskan bila anda tidak memiliki akar anda tidak memiliki
alat menstabilkan diri anda, modernisasi bergerak dalam fase yang cepat.
Sementara warga Papua belajar mengenai hal yang di impor dari luar Papua. Jadi warga Papua selalu tertinggal ?
Jika
warga Papua ingin mengejar modernisasi dengan basis peradaban, mereka harus
menguasai ilmu pengetahuan.
Mereka
yang menguasai ilmu-ilmu baru tidak dapat menjawab tantangan modernitas
berbasis religius. Banyak orang seperti itu mereka mengimitasi ajaran-ajaran
barat, tetapi tidak orisinal terhadap modernisasi. Di sisi lain kita menemukan
orang yang hanya belajar dari buku-buku tua, seolah-olah dunia ini berhenti.
(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)
(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)
No comments:
Post a Comment