BUNGA BAKUNG SEBUAH RENUNGAN HIDUP
Dr. Arkam
Pengajar & Periset Teori Organisasi
Seorang
lelaki tua selalu menghabiskan watu siang malam berjalan menyusuri rimba raya
papua mencari kedamaian dan pada siang hari tak ada yang Ia lakukan kecuali doa
dan meditasi. Pergilah tuhan adalah pribadi yang bercita-cita rendah. Dengan
seluruh kekuasaan-Nya, Ia menciptakan suatu dunia kerugian. Lelaki tua itu
seperti kebanyakan orang, Ia bingung dan takut tentang ruang dan waktu yang
menjilat nasibnya. Ia tak peduli, Ia tetap menghabiskan waktunya untuk terus
mencari kota
kemakmuran. Seorang penginjil tua berkata, “adakah keadilan seindah matahari”,
dan lelaki tua itu menjawab keadilan itulah yang sedang dicarinya.
Pada
saat Ia mengucapkan kata-kata itu dalam posisi bersujud, malaikat turun membawa
jawaban Tuhan. “Meskipun tak ada kebaikan pada dirinya, doanya diterima karena
Ia tak punya tempat lain untuk berlindung selain kepada-Ku”
Inilah
nukilah pengalaman ahli ibadah yang saya petik dari “ kisah-kisah bunga bakung
di Taman ”saduran dari musikus legendasris black brothers”, buah renugan hidup.
“Apa arti
lelaki tua ini bagi kita?”
Dia
kita anggap pembawah racun kemalasan, karena meniupkan kebekuan hidup, semacam opium of the people dan karena itu harus
diberantas sampai ke akar-akarnya?
Ataukah
itu guru bijak sekaligus tabib terkemuka yang datang membawah ramuan atau rumus
yang bisa menjadi inspirasi mengubah secara mendasar kehidupan kita?
Sejenak
saya merasa agak bimbang. Sebagian dari kita gigih membela pendiriaan bahwa
segala sesuatu indah pada waktunya ataukah hidup itu bekerja, makna doa
terletak dalam kerja. Kerja itu ibadah dan ibadah sejatih itu kerja, kerja dan
kerja.
Sebagian
dari kita pendeknya mencemohkan mereka yang mengisi hidup, tarikan napas,
keluhan dan syukur, tangis, dan suka citanya dengan doa. Disini doa dianggap
kemalasan. Doa dipandang kebekuan hidup karena hidup harus “mencari” dalam
kerja karena pula yang mengubah nasib dan mengubah dunia.
Bagi sebagian yang lain yang tulus dan teruji
imannya, hidup ini doa. Kita hakikatnya hanya sekeping jiwa telanjang yang dari
detik ke detik hanya bisa meminta dengan kerendahan peminta-minta sejati. Dan,
apakah itu namanya, bila bukan doa ? Hidup itu doa.
Ada
contoh lain dari seorang pribadi yang sosial, dia lahir dengan penuh kesakitan,
sehingga diberi nama Yabes. Bila kita simak tentang doanya kita dapat
menyimpulkan bahwa Yabes adalah seorang yang beribadah pada Tuhan dengan
sungguh-sungguh.
Bila
Tuhan akhirnya terkekuk hati melihat peminta-minta yang sabar berjongkok di
depan altar. Tuhan maha raja di raja dan belas kasihan dan kemurahan hati.
Tuhan
akan tak tega membiarkan tangis yang keluar dari kedalam jiwa kita berlalu
tanpa jawaban, katanya lembut. Maka sekali lagi, apa arti bunga bakung dalam
kisan mistikus besar bagi kita di sini, sekarang?
Saya
punya jawabannya : kisah itu tak maksud mempertentangkan antara mereka yang
mengutamakan pengharapan segala sesuatu indah pada waktunya dan mereka yang
mengutamakan kerja serta yang menomor satukan doa.
Saya
kira mistikus besar itu menyodorkan kepada kita arti sebuah perjuangan,
ketelusan hidup, tulus kepada diri sendiri, kepada orang lain, kepada
masyarakat, dan kepada Tuhan. Dengan kata lain, bunga bakung itu sosial
ketulusan hati sebuah perjuangan serta bunga bagung itu simbolis ketulusan.
Ketulusan
memppunyai kekuatan seperti udara. Ia bisa bertiup dari satu tempat ke tempat
lain tanpa terasa, tetapi kita merasakan hasilnya, ketulusan selalu membawa
rasa damai.
Disini
ketulusan bukan semata urusan psikologis. Memang benar, mulanya ia timbuh
sebagai gejala kejiwaan. Ia berkembang dalam pribadi seseorang anak berkat
orangtua, cermin super ego keluarga, gigih menyemaikan benih ketulusan itu ke
dalam jiwa sang anak.
Di
sekolah, benih itu disirami sanguru dan dipupuk serta ditambahi variasi lain
yang menjadi bibit unggul. Dimasyarakat, bibit unggul itu mendapat penguatan
lebih besar.
Dan,
tumbulah ia sebagai pohon ketulusan yang lebih kuat. Apalagi bila si anak juga
mempunyai guru lain yang membesarkan pertumbuhan spiritualnya.
Maka,
anak anak menjadi lebih penting ketika berorganisasi dan mempersembahkan
ketulusannya di dalam pengabdian bagi orang banyak. Pengabdian yang jiwai
ketulusan akan membangun basis social dan politik yang lebih adil di dalam
masyarakat.
Di
dunia religius atau dalam satuan kebudayaan lain, ketulusan hadir untuk menata,
bukan mendominasi, memberi inspirasi mengenai cara hidup lebih bijak.
Dengan begitu ia bukan hanya menjadi perekat
bangsa, melainkan juga menjadi guru, sekaligus tabib, yang menyirami jiwa yang
gersang dan penuh nafsu perang dan saling menghancurkan. Buah renungan hidup
datang untuk meniupkan napas segar di tengah kesumpekan kita sekarang.
No comments:
Post a Comment