MOMENTUM KEPEMIMPINAN
DAN SEBUAH
TANGGUNG JAWAB
Dizaman yang
sangat modern ini, harus kita akui bahwa jurang pemisah antara yang kaya dan
yang miskin menjadi sangat lebar. Artinya dari kenyataan yang kita lihat, yang
kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah
miskin. Hal ini bisa terjadi, bagi mereka yang kaya, pandangannya hanya selalu
tertuju kepada keindahan dan gemerlapannya dunia ini, ingin punya materi yang
lebih. Dan tidak salah keinginan yang demikiyan ini, asalkan semua ini
diperoleh dengan cara yang halal. Sedangkan bagi yang miskin demi sesuap nasi,
ibu-ibu tua dengan membongkok menggendong beban, abang-abang ojek tanpa
mengenal lelah menancap motor, pedagang kaki lima yang siap-siap digusur dan
habis dagangannya, padahal untungnya tidak seberapa, para buruh tani di
pedesaan yang harus bekerja keras dibawah terik matahari, dan juga panti-panti
asuhan yang juga membutuhkan banyak biaya untuk menghidupkan para penghuninya,
pernahkah kita sekejab saja memikirkan nasib mereka.
Sunguh indah
wacana tahun 2001 penawaran otonomi khusus Papua yang digulirkan pemerintah
pusat dalam menjawab aksi-aksi sosial masyarakat papua, pemerintah pusat
memberikan kewenangan pada daerah dalam menata sistem anggaran dengan pembagian
yang proposional sebagai kesempatan bagi Indonesia mempertahankan keutuhan peta
Indonesia, apa implikasi opini publik yang kurang positif terhadap penawaran
produk (otonomi khusu) sebagai dinding pembatas kebebasan publik secara
universal. Celakanya, orang-orang papua yang mencoba menjadi aktor mencatat
segala bentuk aksi-aksi sosial masyarakat dalam sebuah transkrip yang dinamakan
Undang-Undang Otonomi Khusus Papua yang diharapkan dapat memberikan sinar
pencerahan dalam memadam titik api yang mulai dan akan membakar peta Indonesia.
Karena itu,
kedengaran suara masyarakat papua menjadi mutlak, meminjam pandangan analis
menjelaskan persoalan yang dihadapi masyarakat Papua bukan persoalan
infrastruktur atau rekonstruksi sarana dan prasarana fisik, tapi yang lebih
penting lagi adalah masalah manusia. Apa yang sedang dilakukan pemerintah
dilihat dan dirasakan oleh masyarakat papua karena itu mereka pasti punya
penilaian krusial , terutama momentum lemahnya penegak hukum di Papua, ilegal
loging, dan KKN di jajaran pemerintah provinsi dan kabupatenataukota diletakkan
dalam kerangka momentum untuk merajut kembali rasa ketidak Indonesiaan
masyarakat Papua.
Kadang
membingunkan, ketika kita sudah berada di atas angin yang banyak bebas Kepala
Kampungerbangan. Seperti mendapatkan sebuah jabatan penting baik di organisasi
pemerintah maupun non pemerintah ada bagian tertentu yang membuat kita terlenah
atas kemegahan bisikan keserakahan amat dasyat bila kita salah mengambil
pilihan, maka kita akan berputar-putar disekitar kemegahan bisikan oportunis
yang membuat kita lupa untuk menemukan jalan keluar dalam memanajemen keinginan
daging yang amat kuat. Oleh sebab itu dibutuhkan ketelitian dan pengetahuan
tentang jalan-jalan tersebut sehingga kita tidak tersesat. Hal yang sama bisa
terjadi jika kita memegang jabatan penting di dunia ini.
Masalahnyata
yang selalu dihadapi oleh setiap pemimpin yang selalu memanfaatkan ketidak
tahuan masyarakat dalam mengali segala potensi sumber modal dalam mengisi
kantongnya menimbulkan setiap pemimpin terseret pada sengketa ini. Apakah para
pemimpin mengetahui kegelisahan negeri 1001 keajaiban dunia ini ataukah
pura-pura tidak mengetahui dengan selalu memupuk kebobrokan moral bangsa saat
ini.
Bagaimanapun
juga, kasus ini menimbulkan isu yang lebih dalam tentang persepsi intelektual
kampus dalam menghadapi masalah yang komplek. Dalam menangani isu-isu yang
rumit dan penuh teka tekni ini, naluri intelektual kampus mengatakan bahwa kita
membutuhkan sebuah perubahan yang harus mendasarkan pada nilai-nilai terdalam
yang dirasakan semakin bergeser. Dan para pemimpin pendahulu yang gagal
menyelesaikan isu-isu bergesernya nilai-nilai itu. Kita membutuhkan seorang
pemimpin yang mampu menyelesaikan kegagalan dan mampu memecahkan nilai-nilai
itu dengan intelejensi tinggi yang secara permanen memberikan pemecahan masalah
yang sudah berabad-abad lamanya ini. Seorang pemimpin nyaris tak mungkin
dikritik karena gagal mencari jalan keluar dari rawa-rawa masalah. Ini sudah
menjadi masalah yang membara selama ini, bahkan jauh sebelum pemberian otonomi
khusus Papua.
Sekarang
sebagaimana dengan kehidupan seorang Berth Kambuaya? terus terang membuat kita
tersenyum manis membaca gaya kepemimpinan Dia yang secara otomatis menjawab
krisis kepemimpinan masyarakat papua. Berth Kambuaya telah berdiri di tengah
masyarakat Papua dalam menjawab keraguan membuat keputusan dalam era transisi
persaingan sanak maupun nepotisme kelompok yang telah melekat pada persaingan
kepentingan masyarakat dalam membuat pilihan saat ini. Berth Kambuaya menginginkan
agar masyarakat Papua menanyakan cara yang baik yang pernah ditempuh generasi
pendahulunya. Jalan dimana tua-tua kampung memimpin kampung dalam menata sistem
pemerintahan secara hati-hati dan selalu memenpatkan kepentingan umum diatas segala-galanya
serta selalu menelusuri suatu hirarki budaya dalam membangun sistem
kepemimpinan tradisioanal yang mengakar pada entitas dimana Berth Kambuaya
diyakini dapat mempimpin masyarakat Papua dengan tanggannya yang kuat, dengan demikian
kepercayaan masyarakat Papua mendapat ketenangan.
Meminjam
pandangan diatas ini, mungkin hal yang paling konsisten dalam karir Berth
Kambuaya adalah bahwa secara konsisten melampaui apa yang diharapkan orang.
Seorang religius yang suka melesatkan pesan-pesan ilahi mengatakan bahwa semua
orang di planet bumi ini penting.
(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)
(Arius Kambu, Ekonomi Uncen)
No comments:
Post a Comment