Arius Kambu
Membaca dari berbagai sumber
bacaan baik media cetak maupun internet dan catatan para suraman tentang
sejarah akutansi selalu disampaikan mengalami perubahan. Sementara itu
pemakaian akuntansi pertama kali dalam sistem perbangkan dan perhitungan pajak
kemudian berkembang menjadi sistem perhitungan ganda (doubel entry) untuk
memenuhi kebutuhan informasi akuntansi.
Fenomena pencatatan berganda
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarannya : budaya, ekonomi, hukum, sosial
dan politik dilingkungan dimana akuntansi itu berkembang. Akuntansi diwilayah A
akan berbeda dengan akuntansi di wilayah B dan sebalinya wilayah yang memiliki
kesamaan budaya, ekonomi, hukum, sosial dan politik akan memiliki kesamaan
pecatatan akuntansinya.
Beranggkat dari fenomena sistem
perhitungan ganda (doubel entry) yang hampir pasti dipengaruhi oleh faktor
budaya, ekonomi, hukum, sosial dan politik di lingkungan dimana akuntansi itu
dikembangkan, maka riset ini bertujuan untuk mengeksplorasi sistem pencatatan
akuntansi menurut orang Meybrat di pedalaman kepala burung Peta Papua yang
dalam pedekatan wilayah adat Papua diberinama “Domberay” dimana nilai-nilai lokalnya
yang masih melembaga seperti sistem nilai-nilai adat dan budaya yang dipelihara
serta dilestarikan dari generasi-kegenerasi yang terkenal dengan permainan kain
timur.
Lahirnya filsafat Anu Betha Tubat
berawal dari masuknya terang atau dalam istilah lain masuknya pemerintahan pada
saat itu yang membuat orang-orang disaman itu mulai memberikan simpulan
sederhana bahwa pendidikan itu penting dan dengan keterbatasan sumber daya
ekonomi tidak membuat mereka untuk tidak bangkit menerima terang (investasi
pendidikan luar kepala). Dengan spirit Anu Betha Tubat orang-orang Meybrat
mulai bahu-membahu dalam keluarga inti dan kerabat terdekat serta seluruh kerabat
sekampung duduk bersama-sama mengumpulkan sumber daya untuk menyekolahkan
anak-anak kampug ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar, SMP dan SMA bahkan
keperguruan tinggi baik di Papua maupun luar Papua dengan swadaya masyarakat
sendiri dengan membangun asrama kampung untuk menyekolahkan anak-anak kampung.
Pengumpulan biaya dari keluarga
inti dan kerabat dekat serta keluarga sekampung dilaksanakan atas sebuah
kepercayaan bahwa anak-anak kampung yang telah berhasil menjadi tuan akan
membantu anak-anak kampung yang lain lagi untuk melanjutkan pendidikan. Proses
dukungan keluarga ini telah melembaga dalam spirit Anu Betha Tubat ini sudah
terpelihara secara turun temurun dan melembaga dalam sosial budaya orang
Meybrat.
Sejak zaman nenek moyang orang
Meybrat sudah mengenal ilmu dagang, hal ini bisa kita lihat dalam sebuah
aktivitas ekonomi yang dipraktekan di kehidupan sehari-hari yang dalam bahasa
setempat disebut “Bofeah” adalah sistem ekonomi pinjaman meminjam dimana
masyarakat A meminjamkan uang sama masyarakat B dengan nominal katakan sebesar
Rp. 100,- akan dikembalikan dengan melibat gandakan pengembalian sebesar Rp. 150,-
aktivitas ekonomi ini dilakukan atas dasar saling percaya (Akuntabilitas).
Sistem ekonomi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun dan dipelihara
sampai saat ini, fenomena ini bisa disimpukan bahwa teori kredit dan
akuntabbilitas sudah dikenal orang Meybrat pada zaman nenek moyang mereka.
Berangkat dari berbagai
catatan-catatan tentang akuntansi yang dipandang sebagai sebuah ilmu karena
memiliki sebuah bobot informasi yang sangat dibutuhkan atau diperlukan orang
banyak baik dalam bisnis maupun non bisnis.
Akuntansi yang dipraktekkan satu
wilayah tidak semerta-merta terjadi begitu saja, tetapi dirancang dan
dikembangkan secara tidak sengaja secara turun temurun yang dipelihara dan
melembaga sampai saat ini. Sementara itu, kalau dilihat pekembangan akuntansi
konfensional saat ini banyak dinegara-negara berkembang dan kalau mau dilihat
nilai-nilai yang terkandung dalam akuntansi konfensional lebih banyak di
dominasi oleh budaya barat. Sementara fenomena budaya ini kalau mau ditarik
lebih jauh lagi untuk melihat orang asli papua secara utuh, maka pengaruh
tingkat kemajuan peradaban yang heterogen tentu saja memiliki tingat pemahaman
ankuntasi berbeda-beda dalam pendekatan lokal masing-masing wilayah adat
(sekitar 250 suku).
Kearifan budaya lokal terbentuk
dari cara berpikir dan bersikap dari masyarakat ketika mereka merespon
masalah-masalah yang timbul di sekitarnya. Kearifan budaya lokal terbentuk
tidak dalam rentang waktu yang panjang
melalui perenungan-perenungan dan pengujian-pengujian pada setiap kurun waktu yang
dilalui.
Kearifan budaya lokal dalam
bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom),
pengetahuan setempat (local knowledge), atau kecerdasan setempat (local genious).
Kearifan budaya lokal juga dapat dimaknai sebuah pemikiran tentang hidup.
Pemikiran tersebut dilandasi nalar jernih, budi yang baik, dan memuat hal-hal
positif. Kearifan budaya lokal dapat diterjemahkan sebagai karya akal budi,
perasaan mendalam, tabiat, dan anjuran untuk kemuliaan manusia. Penguasaan atas
kearifan budaya lokal akan mengusung jiwa mereka semakin berbudi luhur.
No comments:
Post a Comment